Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Minggu, 18 Mei 2025 | 15:04 WIB
Seorang petani di register 22, resort Way Wayak menunjukan tanaman pinang juga memiliki potensi besar selain kopi/Agus Susanto

Dayat mengisahkan, sejak tahun 2000 hingga 2016, para petani kopi di wilayah tersebut hidup dalam ketakutan. Setiap kedatangan petugas Polisi Kehutanan (Polhut) atau Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) ke lokasi kerap menimbulkan keresahan di kalangan petani.

“Waktu itu kami sadar betul kalau lahan yang digarap masuk kawasan register. Tapi karena ini sudah warisan turun-temurun dari orang tua kami, mau tidak mau kami tetap bertani, meskipun harus kucing-kucingan dengan petugas,” ungkap Dayat.

Situasi mulai berubah saat Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) hadir memberikan pendampingan.

Melalui pendekatan persuasif, para petani mulai teredukasi dan merasa lebih didampingi dalam menjalankan aktivitas bertani.

Baca Juga: Warga Lampung Wajib Tahu! Masuk SMA/SMK Kini Pakai SPMB, Ini 4 Jalur Pendaftarannya

Menurut Dayat, tonggak perubahan besar terjadi ketika pemerintah mengeluarkan surat keputusan Hutan Kemasyarakatan (HKm) pada tahun 2017.

Sejak itu, para petani di Resort Way Wayak mulai merasa lebih aman dan nyaman dalam mengelola lahan.

Meski demikian, ada tantangan tersendiri dalam implementasi program HKm. Pemerintah mendorong penanaman tanaman keras berakar tunjang, seperti buah-buahan, sebagai bagian dari komitmen konservasi.

“Secara signifikan kami memang belum sepenuhnya menerapkan penanaman tanaman akar tunjang. Tapi beberapa petani sudah mulai mencoba menanamnya di sela-sela tanaman kopi, menerapkan sistem tumpangsari,” jelas Dayat.

Sebagai Ketua Gapoktan, Dayat terus menjalin kerja sama dengan YIARI untuk memberikan edukasi kepada ratusan petani di wilayah tersebut.

Baca Juga: Lampung Jadi Lumbung PMI: Target Kirim 30 Ribu Pekerja Per Tahun, Ini Strategi Pemerintah

Edukasi yang diberikan mencakup berbagai aspek konservasi, mulai dari penggunaan pupuk organik, teknik pembibitan tanaman berakar tunjang, hingga pembuatan media semai dari anyaman bambu.

“Kami terus berjuang sejak 2017 bersama YIARI untuk menuju konservasi yang maksimal. Memang, menyadarkan para petani butuh waktu,” ujarnya.

Menutup wawancara, Dayat menyampaikan harapannya bahwa Resort Way Wayak ke depan akan menjadi kawasan HKm yang lestari.

Ia yakin, para petani akan semakin siap menerapkan pola tanam berbasis konservasi secara optimal.

Anggota Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI), Aji Mandala Putra, yang bertugas dalam pendampingan masyarakat, mengemban tugas penting untuk mengembangkan pola pertanian berbasis konservasi, khususnya di Resort Way Wayak, kawasan Register 22, Tanggamus.

Menurut Aji, awalnya YIARI hanya fokus pada program pelepasliaran Kukang (Nycticebus spp.) ke habitat alaminya di kawasan Register 22, tepatnya di Batu Tegi.

Load More