Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Minggu, 18 Mei 2025 | 15:04 WIB
Seorang petani di register 22, resort Way Wayak menunjukan tanaman pinang juga memiliki potensi besar selain kopi/Agus Susanto

Saat ditemui Suara.com di lokasi, Wawan mengungkapkan keraguannya terhadap program konservasi yang tengah digencarkan oleh Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI).

Program tersebut mendorong petani untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia dan mulai beralih menggunakan pupuk organik serta menanam tanaman akar tunjang seperti alpukat, pala, pinang, kemiri, dan durian.

"Memang kami sudah mendapat edukasi dari YIARI, tapi saya masih ragu, khususnya untuk mengganti tanaman kopi dengan buah-buahan. Karena saya belum punya pengalaman," ujar Wawan.

Meski demikian, ia tetap mencoba mengikuti anjuran tersebut.

Baca Juga: Warga Lampung Wajib Tahu! Masuk SMA/SMK Kini Pakai SPMB, Ini 4 Jalur Pendaftarannya

Wawan telah menanam 30 batang alpukat, 30 batang durian, dan 15 batang pala di lahannya.

Namun, seluruh tanaman itu masih berusia di bawah tiga tahun dan belum menghasilkan buah.

Keraguan Wawan bukan tanpa alasan. Ia khawatir jika beralih secara total dari kopi ke tanaman buah, hasil panen tidak maksimal dan harga buah di pasaran tidak stabil. Risiko kerugian pun membayangi.

"Kalau ternyata hasil buahnya tidak sesuai harapan, kami tidak bisa kembali lagi menanam kopi, karena di peraturan program Hutan Kemasyarakatan (HKm), penggarap tidak diperbolehkan menebang pohon dalam kawasan register," jelasnya.

Menurut Wawan, skema ini bisa menjadi jebakan bagi petani jika tidak diikuti dengan pendampingan yang intens dan jaminan pasar.

Baca Juga: Lampung Jadi Lumbung PMI: Target Kirim 30 Ribu Pekerja Per Tahun, Ini Strategi Pemerintah

"Kalau mau ganti kembali ke kopi, kami harus menebang semua tanaman buah, sementara aktivitas penebangan dilarang di sini," tegasnya.

Untuk menghindari risiko besar, Wawan memilih langkah konservatif.

Ia mencoba menanam sekitar 80 batang tanaman akar tunjang sebagai tahap awal. Jika hasilnya memuaskan, ia berencana memperluas penanaman secara bertahap.

"Saya anggap ini proses belajar dulu. Tanam sedikit sambil lihat hasilnya," ujarnya.

Wawan juga menambahkan bahwa untuk pembibitan tanaman akar tunjang, dirinya bersama petani lain tidak perlu membeli bibit dari luar. Mereka telah dibekali pelatihan oleh YIARI untuk membuat bibit secara mandiri.

"Bersama teman-teman, kami sudah diajari cara pembibitan oleh YIARI, jadi tidak perlu beli lagi," tutup Wawan.

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sumber Makmur, Dayat, menegaskan bahwa dirinya membina sebanyak 18 kelompok tani yang berada di kawasan Register 22, Resort Way Wayak.

Load More