SuaraLampung.id - Tingkat kunjungan ke museum Lampung di Kota Bandar Lampung, menurun drastis dibandingkan hari-hari biasa sebelum pandemi Covid-19 melanda.
Hal itu dinyatakan Kepala UPTD Museum Lampung "Ruwa Jurai", Budi Supriyanto. Menurutnya, mayoritas pengunjung museum adalah pelajar dan mahasiswa. Otomatis, sejak proses belajar daring diberlakukan, kegiatan kunjungan pelajar pun menurun.
"Jauh menurun karena 90 persen pengunjung museum ini pelajar dan mahasiswa dan sekarang mereka libur," katanya melalui telepon seluler, Minggu (31/01/2021).
Biaya masuk ke museum Lampung cukup murah. Mahasiswa hanya diwajibkan bayar Rp2 ribu per orang. Kemudian, anak Rp1.000 dan orang dewasa Rp5 ribu.
Baca Juga:Klaster Perkantoran Dominasi Penyebaran Covid-19 di Bandar Lampung
Saat pandemi ini, kata Budi Supriyanto, museum Lampung hanya buka buka setengah hari. Mulai dari pukul 08.00 WIB hingga 12.00 WIB.
Museum Ruwa Jurai milik Provinsi Lampung ini terletak di Jalan H. Zainal Abidin Pagar Alam, No 64 Gedung Meneng, Kota Bandar Lampung.
Museum itu dirintis sejak 1975 dan dibangun pada 31 Juni 1978. Sedangkan mulai dibuka untuk umum terhitung sejak tanggal 2 Januari 1986. Sementara peresmiannya berlangsung 24 September 1988 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Fuad Hasan.
Menurut Budi, tujuan didirikannya museum ini tak lain untuk melestarikan benda cagar budaya dan adat istiadat atau kebudayaan masyarakat Lampung.
"Menyimpan dan melestarikan benda cagar budaya serta menyampaikan adat istiadat, masyarakat Lampung melalui benda atau peninggalan sebagai jati diri," katanya.
Baca Juga:Kubah Kaca, Spot Foto Viral Wisata Pintu Langit Bandar Lampung
Bangunan museum ini terdiri dari dua lantai. Pada sisi kiri lantai pertama, dipajang sejarah alam, kemudian potensi kekayaan alam Lampung dan koleksi arkeologi zaman prasejarah berupa jenis satwa obsetan.
Seperti harimau, beruang madu, gajah, macan tutul, trenggiling, jenis burung dan flora seperti pohon damar dan lain sebagainya. Kemudian, dari kekayaan alam, seperti hasil pertanian dan galian industri serta fosil manusia purba,peralatan terbuat dari batu dan sebagainya.
Di sisi kanan bangunan lantai satu museum, dipajang sejarah klasik hindu-budha, sejarah Islam, Filologika, sejarah kolonial, kramologika dan numismati ka serta heraldika.
Di sisi kiri lantai dua museum, dipamerkan upacara adat istiadat masyarakat Lampung etnis Pepadun dan pada sisi kanan dipamerkan upacara adat istiadat etnis Saibatin.
"Dipamerkan dari adat istiadat atau upacara, masa kehamilan dan melahirkan, masa anak-anak yaitu seperti sunatan, masa remaja, dewasa atau perkawinan sampai upacara kematian," katanya.
Kontributor : Ahmad Amri