Pada suatu hari, ia dan dua temannya naik motor bonceng tiga tanpa mengenaka helm. Sampai di pertigaan Leuwigajah, Baros, mereka bertemu petugas Polisi Militer (PM).
Melihat tiga remaja bonceng tiga tanpa helm membuat anggota PM ini menghentikan motor Agus dkk. Mereka lalu dibawa ke kantor Denpom Cimahi.
Di sana, Agus dan teman-temannya mengalami kekerasan. Mereka dipukuli dan ditendang oleh prajurit rendahan berpangkat kopral itu.
Agus tak menundukkan wajah. Ia terus menatap lelaki berseragam itu.
Baca Juga:Anggota TNI Terlibat Mutilasi di Papua, Jenderal Andika Perkasa Minta Dihukum Seumur Hidup
“Lihat saja nanti kalau aku jadi tentara,” begitu gumam Agus di dalam benaknya.
Kejadian inilah yang merombak jalan hidup Agus. Cita-citanya masuk tentara yang sempat padam karena sang ayah wafat, kembali bergejolak.
3. Gagal Jadi Bintara
Sepulang dari kantor Denpom itu, Agus membulatkan tekad mendaftar sebagai tentara. Awalnya Agus mendaftar sebagai Secaba.
Ia mampu melewati berbagai tes hingga ke pantukhir. Sayang di tes pantukhir, Agus Subiyanto gagal.
Baca Juga:Kebiasaan Jokowi, Kirim Surpres Calon Panglima TNI ke DPR di Akhir Waktu
Di tahun 1988, Agus Subiyanto nekat mendaftar Akmil. Ia menjalani tahap demi tahap seleksi calon taruna. Nasib kali ini berpihak padanya.