SuaraLampung.id - Pertempuran tentara Indonesia melawan pasukan Jepang di Lengkong, Banten, pada 25 Januari 1946, menewaskan 36 prajurit Indonesia.
Dua di antaranya adalah paman Prabowo Subianto yaitu Lettu Soebianto dan Taruna Soejono.Kabar kematian ini sampai ke telinga Margono Djojohadikusumo, ayah Soebianto dan Soejono, yang merupakan kakek Prabowo.
Margono sangat terpukul mendengar kabar dua anaknya menjadi korban dalam pertempuran di Lengkong. Saat itu Kemal Idris bertemu Margono di depan Hotel Merdeka, Yogyakarta.
“Saya baru saja dapat kabar ada kejadian di Lengkong,” ujar Margono dengan wajah tegang dikutip dari buku "Kemal Idris: Bertarung Dalam Revolusi."
Baca Juga:Asal Usul Lagu Halo Halo Bandung Ciptaan Ismail Marzuki, Diduga Dijiplak Jadi Hello Kuala Lumpur
Kemal Idris tak mengerti maksud perkataaan Margono. “Maksud pak Margono?” tanya Kemal Idris bingung.
“Banyak taruna AMT yang tewas bertempur dengan Jepang di Lengkong. Daan Mogot tewas. Saya khawatir diantara yang tewas itu ada anak saya,” jelas Margono.
Kemal yang mendengar kabar itu tertunduk lesu. Ia sangat terpukul atas kepergian Daan Mogot. Daan Mogot adalah sahabat Kemal Idris. Mendengar kabar duka itu, Kemal langsung izin ke Tangerang.
Peristiwa pemakaman berlangsung haru. Haji Agus Salim ikut hadir dalam pemakaman itu karena anaknya seorang taruna bernama Sjewket Salim ikut menjadi korban.
Margono juga tampak hadir di pemakaman yang menguburkan dua anaknya sekaligus. Saat akan menguburkan jenazah para korban, ditemukan buku catatan di jenazah Lettu Soebianto.
Baca Juga:Peristiwa Lengkong, Gugurnya Dua Paman Prabowo Subianto dalam Pertempuran dengan Jepang
Buku catatan itu ditemukan di dalam saku pakaiannya. Buku catatan itu berisi seuntai sajak menyayat hati. Sajak itu tertulis dalam bahasa Belanda karya Henriette Roland Host, seorang penyair Belanda.
- 1
- 2