SuaraLampung.id - Wakil Rektor II Bidang Keuangan Unila Prof Asep Sukohar menjadi saksi kasus suap penerimaan mahasiswa baru Unila dengan terdakwa Andi Desfiandi.
Dalam kesaksiannya di PN Tipikor Tanjungkarang, Rabu (16/11/2022), Asep Sukohar ternyata pernah menitipkan tiga orang agar diterima masuk Unila.
Jaksa Penuntut Umum (JPU), Agung Satrio Wibowo menanyakan kepada Asep Sukohar terkait Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) di Unila.
"Saya warek 2, tentang penerimaan mahasiswa baru di Unila itu ada tiga yang saya ketahui melalui Undangan, Mandiri, SBMPTN," ungkap Asep Sukohar dikutip dari Saibumi.com--jaringan Suara.com.
Baca Juga:Andi Desfiandi Akui Titip Keponakan Masuk Fakultas Kedokteran Unila ke Rektor Unila Karomani
Lebih lanjut, JPU menanyakan apakah Asep mengenal secara dekat Prof Karomani, kemudian Mualimin, Helmi Setiawan, dan Budi Sutomo.
"Saya kenal dengan Pak Karomani, yang saat itu rektor unila. Saya juga kenal dengan Mualimin dia dosen unila. Untuk kedekatan dengan pak Karomani saya kurang paham. Saya Kenal dengan Helmi setiawan yang saat itu adalah ketua Penerimaan Mahasiswa baru. Budi Sutomo saya kenal dia kepala biro," jelasnya.
Selanjutnya, JPU kembali menanyakan, apakah saksi (Asep Sukohar) menitipkan mahasiswa untuk diluluskan.
"Iya ada 3 orang, yang langsung saya sampaikan kepada Pak Karomani saat itu," tuturnya. Tiga orang itu adalah Zuhriadi, Hj Sofi, dan Zakia, yang merupakan tetangga Asep.
Kemudian, apakah turut memberikan uang, atau menerima uang dari penitipnya. Asep Sukohar mengamini hal tersebut.
Baca Juga:KPK Telisik Aliran Uang yang Masuk ke Kantong Pribadi Rektor Unila Karomani dari Sejumlah Pihak
Asep menjelaskan, Ia kemudian diminta meletakkan nomor peserta ujian calon mahasiswa tersebut di meja kerja Karomani.
Asep menyebutkan, ketiga calon mahasiswa yang ia bawa menyiapkan sejumlah uang dengan nominal beragam, yang Pertama Rp350 juta; yang Kedua Rp100 juta, dan calon mahasiswa ketiga sebesar Rp300 juta.
"Total Rp750 juta dari 3 nama mahasiswa, dari yang pertama Rp350 juta dipotong Rp100 juta penggantian biaya Muktamar NU, jadi Rp650 juta saya serahkan kepada Pak Budi Sutomo," bebernya.
JPU kembali menanyakan, lantas apa alasan uang itu dipergunakan untuk penggantian biaya Muktamar NU ke 34.
"Jadi di Muktamar NU itu saya sebagai kordinator kesehatan, dan saat itu masih dalam masa pandemi, jadi saya gunakan untuk hal seperti antigen dan lainnya," pungkasnya.