Sejarah Gereja Katedral Kristus Raja dan Awal Penyebaran Agama Katolik di Lampung

Gereja Katedral Kristus Raja didirikan pada tahun 1928. Pendirinya ialah seorang pastor Katolik

Wakos Reza Gautama
Selasa, 31 Agustus 2021 | 18:10 WIB
Sejarah Gereja Katedral Kristus Raja dan Awal Penyebaran Agama Katolik di Lampung
Gereja Katedral Kristus Raja di Bandar Lampung jadi awal penyebaran Katolik di Lampung. [keuskupantanjungkarang.org]

Sebelumnya otoritas gereja melalui Pastor van Oort meminta izin terlebih dahulu kepada Barkmeyer sebagai pemimpin proyek kolonisasi dan Residen Lampung Rookmaker untuk di wilayah tersebut (Provinsial SCJ Sumatera Selatan, 12).

Hingga 1940 tercatat ada 1.831 penganut Katolik di Lampung yang berasal dari kelompok bumiputra.

Mereka tersebar antara lain di Karangsari-Pasuruan (Kalianda), Metro, Pringsewu, dan Tanjung Karang yang sekaligus sudah resmi berdiri sebagai paroki (Endrayanto, 2012:40).

Salah satu faktor utama bagi perkembangan signifikan Gereja Katolik di Lampung adalah pelayanan sosial yang mereka lakukan khususnya dalam bidang kesehatan dan pendidikan.

Baca Juga:Ditegur Mendagri Belum Bayar Insentif Nakes, Ini Kata Pemkot Bandar Lampung

Selain mendirikan HIS, sebelumnya Gereja Katolik juga mendirikan HCS (Hollandsch Chinese School) di Teluk Betung pada 1929.

Hingga 1938 Gereja Katolik di Lampung memiliki dua HIS, sebelas sekolah rakyat, dan dua sekolah lanjutan (vervolgschool). Ditambah lagi dengan Sekolah Melanie (Kartini School), Taman Kanak-kanak (Frobel), dan CVO (Cursus voor Volk Onderwijzer).

Bidang kesehatan juga menjadi fokus bagi pelayanan yang dilakukan Gereja Katolik di Lampung dengan mendirikan rumah sakit dan klinik bersalin yang antara lain terdapat di Pringsewu dan Metro.

Pembiayaan untuk rumah sakit dan klinik bersalin ini terutama disokong oleh orang-orang Belanda yang bekerja di onderneming atau perkebunan karet di Way Lima, Gedong Tataan, dan Natar.

Suster-suster dari Ordo Fransiskanes yang menjadi tulang punggung bagi pelayanan dalam bidang ini dengan diketuai oleh Suster Arnolde Wouters.

Baca Juga:Selektif, PTM di Lampung Digelar Sesuai Ketentuan SKB 4 Menteri

Di Pringsewu para suster setiap minggunya rutin mengunjungi para kolonis untuk memberikan bantuan pelayanan kesehatan secara langsung.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini