"Lain kalau dana itu diperoleh dari konglomerat, dari partai, dari cukong maka tidak ada protes. Tapi karena dana itu origin datang dari persediaan terakhir dari emak-emak ini menyakitkan. Karena itu pertaruhan moral sebetulnya," ucapnya.
Rocky Gerung menyamakan hal ini dengan investor bodong yang menjanjikan profit nyari konsumen tiba-tiba dia bawa kabur uangnya.
"Sama persis. Problem moralnya sama merasa ditipu," tukas Rocky.
Rocky Gerung tidak mempermasalahkan jumlah yang yang dituntut emak-emak untuk dikembalikan, karena menurutnya itu hanyalah simbol.
Baca Juga:Daftar Legenda Eropa Meninggal Dunia di 2020, Salah Satunya Mentor Messi
"Bukan soal jumlah, ini soal share terhadap demokrasi, share terhadap humanity, share terhadap justice. Ini akan diingat sejarah bahwa Indonesia pernah punya motif sangat kuat untuk menghasilkan politik bersih," sambungnya.
Rocky mengaku tahu apa yang dirasakan kaum emak-emak itu setelah melihat tokoh yang didukungnya malah ikut bergabung ke kubu musuh.
"Ada juga emak-emak yang kumpulkan uang Rp 100 ribu,Rp 50 ribu di seluruh Indonesia. Itu akhirnya menjadi kekecewaan. Kekecewaan itu betul-betul datang dari nurani yang tergores yang dilukai oleh janji. Itu sebetulnya semangat inti demokrasi seperti itu, tuturnya.
Menurut Rocky, mereka ingin agar supaya kekuasaan itu diadili dengan akal dan moral.
"Emak-emak ini adalah pengadilan akal dan moral. Jadi inilah pengadilan akhir tahun yang akan memutuskan dan telah diputuskan ada pembohong di dalam pilpres kemarin sama seperti investasi bodong," ucap Rocky Gerung.