Lampung Cetak Surplus Ratusan Juta Dolar AS! Ini Negara Tujuan Ekspor Terbesarnya

Neraca perdagangan luar negeri Provinsi Lampung mengalami surplus sebanyak 234,31 juta dolar AS

Wakos Reza Gautama
Selasa, 08 April 2025 | 22:25 WIB
Lampung Cetak Surplus Ratusan Juta Dolar AS! Ini Negara Tujuan Ekspor Terbesarnya
Neraca perdagangan luar negeri Lampung mengalami surplus sebanyak 234,31 juta dolar AS di Februari 2025. Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Lampung. [ANTARA]

SuaraLampung.id - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung menyatakan bahwa neraca perdagangan luar negeri mengalami surplus sebanyak 234,31 juta dolar AS di Februari 2025.

"Neraca perdagangan luar negeri Provinsi Lampung mengalami surplus sebanyak 234,31 juta dolar AS di Februari 2025. Sedangkan di Januari sebesar 238,28 juta dolar AS," ujar Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Lampung Muhammad Ilham Salam, Selasa (8/4/2025).

Ia mengatakan surplus neraca perdagangan tersebut terjadi atas adanya nilai ekspor yang lebih tinggi dari nilai impor.

Dimana nilai ekspor Lampung di Februari sebanyak 517,93 juta dolar AS meningkat 40,39 juta dolar AS dari periode Januari di tahun yang sama sebesar 477,54 juta dolar AS.

Baca Juga:Inflasi Lampung Maret 2025: Bawang Merah dan Listrik Biang Keroknya

"Sedangkan nilai impor di Februari 2025 sebesar 283,62 dolar AS, bila dibandingkan dari bulan per bulan mengalami kenaikan sebesar 44,36 juta dolar AS dari Januari yang hanya 239,26 juta dolar AS," katanya.

Ilham menjelaskan untuk kegiatan ekspor Provinsi Lampung memiliki lima negara tujuan utama yaitu Amerika Serikat dengan nilai ekspor sebesar 67,41 juta dolar AS atau 13,01 persen dari total nilai ekspor.

Kemudian Tiongkok dengan nilai ekspor 11,44 persen atau sebesar 59,24 juta dolar AS, Pakistan dengan nilai ekspor 57,15 juta dolar AS atau 11,03 persen.

Belanda memiliki nilai ekspor sebanyak 50,46 juta dolar AS atau 9,74 persen, dan nilai ekspor dari kegiatan perdagangan di India sebesar 59,24 juta dolar AS atau 11,44 persen.

"Sedangkan ekspor Provinsi Lampung menurut sektor di Februari 2025 meliputi industri pengolahan sebagai penyumbang nilai ekspor terbesar yakni sebesar 63,91 persen dengan nilai ekspor sebanyak 331,01 juta dolar AS," ucap dia.

Baca Juga:Kisruh di PT San Xiong Steel: Karyawan Terlantar, Gaji Lebaran Terancam Batal

Ilham melanjutkan sektor lain penyumbang nilai ekspor di Februari adalah dari sektor pertanian dengan nilai 119,51 juta dolar AS atau sebanyak 23,07 persen, sektor pertambangan dan lainnya dengan nilai ekspor 67,42 juta dolar AS atau 13,02 persen.

Pemicu Inflasi

Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung menyebutkan inflasi di daerah ini sebesar 1,58 persen (year on year/yoy) dipicu kenaikan tarif listrik dan harga sejumlah komoditas.

"Dilihat dari sumbernya, inflasi pada Maret 2025 utamanya disebabkan oleh kenaikan harga tarif listrik 1,25 persen serta harga bawang merah 0,39 persen, bawang putih 0,07 persen, telur ayam ras 0,06 persen, dan bayam 0,05 persen," kata Deputi Direktur BI Provinsi Lampung Achmad P Subarkah, Selasa (8/4/2025).

Ia mengatakan bahwa peningkatan harga pada tarif listrik sejalan dengan berakhirnya periode pemberian diskon listrik sebesar 50 persen kepada pelanggan rumah tangga PLN dengan daya 450 VA, 900 VA, 1.300 VA, dan 2.200 VA selama bulan Januari hingga Februari 2025.

"Adapun kenaikan harga bawang merah disebabkan oleh berakhirnya periode panen di sentra produksi Jawa Barat, sementara itu kenaikan harga bawang putih dipengaruhi oleh penundaan realisasi impor bawang putih," ujarnya.

Subarkah menjelaskan kenaikan harga pada komoditas makanan juga dipengaruhi oleh tingginya permintaan selama periode bulan Ramadhan dan Idul Fitri 2025.

Menurutnya, inflasi pada Maret 2025 tertahan oleh sejumlah komoditas yang mengalami deflasi, terutama cabai merah, vitamin, cabai rawit, pembersih lantai, dan angkutan udara dengan andil masing-masing sebesar 0,05 persen; 0,03 persen; 0,02 persen; 0,02 persen; dan 0,02 persen (month to month/mtm).

Penurunan harga aneka cabai sejalan dengan musim panen cabai berlangsung pada Maret 2025. Sementara itu, penurunan harga pada angkutan udara dipengaruhi oleh implementasi kebijakan insentif pajak pertambahan nilai (PPN) ditanggung pemerintah (DTP)untuk harga tiket pesawat menjelang Idul Fitri. (ANTARA)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini