SuaraLampung.id - Harga pangan biasanya mengalami kenaikan di masa akhir tahun. Ada salah satu cara yang perlu dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung dalam mencegah kenaikan harga pangan di akhir tahun.
Strategi itu dinamakan 4K, yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif.
Deputi Kepala Perwakilan Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung Irfan Farulian mengatakan, strategi 4K merupakan upaya intervensi mencegah kenaikan harga pangan pada akhir tahun.
"Pada akhir tahun ini memang harus dilakukan upaya ekstra dalam mengantisipasi kenaikan harga pangan, dan justru harus diintervensi untuk beberapa komoditas seperti cabai," ujar Irfan Farulian, Kamis (7/12/2023).
Baca Juga:Anggota Jaringan Fredy Pratama Ditangkap Polda Lampung, Bawahi 12 Kurir Sabu
Untuk menjaga keterjangkauan harga menurut Irfan, dengan melakukan operasi pasar secara terjadwal, memperluas komoditas operasi pasar sesuai dengan karakteristik serta risiko inflasi daerah.
Upaya lain yaitu mensinergikan kebijakan operasi pasar dengan kebijakan pemerintah lainnya dan bersinergi dengan kelembagaan, Satgas Pangan dan Bulog, kemudian melakukan penguatan inovasi digitalisasi.
Dalam menjaga ketersediaan pasokan menurutnya dapat dilakukan dengan perluasan implementasi pertanian digital untuk meningkatkan produktivitas.
Lalu melakukan perluasan replikasi praktik baik klaster pangan, penguatan inovasi metode tanam termasuk perluasan pemanfaatan pupuk organik, penguatan hilirisasi dan kerja sama dengan mitra.
Untuk menjaga kelancaran distribusi maka harus melakukan peningkatan efektivitas kerja sama antar daerah melalui sinergi dan optimalisasi fasilitas kebijakan pemerintah.
Baca Juga:Warga Terbanggi Besar yang Hilang Ditemukan Meninggal di Sungai Way Seputih
"Kemudian penguatan BUMD pangan, perluasan kerja sama antar daerah bagi komoditas yang berisiko mengalami kenaikan harga, melakukan inovasi, penguatan implementasi dan efektivitas subsidi ongkos angkut," ucapnya.
Irfan melanjutkan peningkatan komunikasi yang efektif melalui peningkatan sosialisasi terkait penggunaan produk olahan sebagai upaya diversifikasi produk segar, penguatan koordinasi antar tim pengendali inflasi daerah, serta melakukan optimalisasi data dan teknologi.
Menurut Irfan, TPID harus memastikan ketersediaan pasokan apakah ini ada di sini, dan harus menyediakan kerangka distribusinya.
"Kalau komoditas diambil dari luar harus dipastikan juga lancar distribusinya. Dan ketetapan harga seperti cabai ada yang mencapai Rp120 ribu per kilogram ini harus dibantu agar harganya terjangkau," jelas Irfan.
Ia mengharapkan dengan penerapan upaya dan strategi tersebut konsumsi masyarakat dapat terus terjaga dalam menghadapi periode Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
"Dengan ini konsumsi masyarakat harapannya aman menghadapi Natal dan tahun baru, sehingga mereka tidak perlu beli yang bukan kebutuhan. Jadi strategi ini pas sekali," ucap dia.
Diketahui berdasarkan data Bank Indonesia ada sejumlah bahan pangan yang membutuhkan penanganan ekstra meliputi beras dengan rerata harga Rp12.790 per kilogram, gula pasir dengan harga rata-rata Rp14.664 per kilogram, cabai merah Rp41.415 per kilogram, cabai rawit Rp45.260 per kilogram memerlukan intervensi dengan segera.
Sedangkan untuk bahan pangan yang tetap harus waspada mengalami kenaikan adalah daging ayam ras dengan harga Rp33.391 per potong, dan bawang putih yang memiliki rerata harga Rp31.918 per kilogram.
Kemudian untuk bahan pangan yang inflasinya masih terjaga adalah daging sapi dengan harga rata-rata Rp130.774 per kilogram, telur ayam ras Rp28.855 per kilogram, bawang merah Rp31.050 per kilogram, dan minyak goreng Rp18.204 per liter. (ANTARA)