SuaraLampung.id - Pendakwah Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah sering beda pendapat dengan almarhum Ustaz Tengku Zulkarnain atau Tengku Zul.
Perbedaan pendapat antara Gus Miftah dengan Tengku Zul ini sering terlihat dalam menyikapi sesuatu fenomena sosial politik.
Sampai-sampai banyak orang berpandangan Gus Miftah bermusuhan dengan Tengku Zul.
Namun pendapat ini dibantah langsung oleh Gus Miftah.
Baca Juga:Imbas Komentari Santri, Gus Miftah Merasa Gagal Jadi Guru Deddy Corbuzier
Gus Miftah mengatakan pemahaman agama dirinya soal keilmuan dengan orang lain berbeda dan berbeda pendapat soal keilmuan itu boleh.
"Tapi bukan berarti ketika saya berbeda pendapat dengan orang tersebut, saya tidak menghormati personality nya saya tidak menghormati pribadinya," ujar Gus Miftah di podcast Deddy Corbuzier.
Menurut Gus Miftah, soal keilmuan bisa diperdebatkan. Tapi, lanjutnya, bukan berarti ketika berbeda pandangan soal keilmuan, itu mengurangi rasa hormat terhadap orang yang beda pendapat.
Misal kata Gus Miftah mengenai debat soal halal-haram musik. Kata Gus Miftah perdebatan itu boleh tapi jangan sampai perbedaan keilmuan ini menjadikan tidak saling menghormati.
Ia lalu mencontohkan bagaimana anggapan orang mengenai dirinya yang bermusuhan dengan Tengku Zul gara-gara sering beda pendapat.
Baca Juga:Muncul Ancaman Boikot, Deddy Corbuzier Minta Maaf Komentari Santri Tutup Telinga
"Orang bilang begini di luar. Miftah bermusuhan dengan Ustaz Tengku Zulkarnain. Saya hanya berbeda pandangan pendapat dengan beliau," ujar Gus Miftah.
Walau beda pendapat, Gus Miftah mengaku masih menghormati Tengku Zul. Ini terbukti ketika Gus MIftah bertemu Tengku Zul di acara Muslim Choice Award.
"Saya ketemu beliau di ruang transit dan di panggung utama, dua kali saya cium tangan beliau. karena saya tidak mungkin membenci beliau. Sebagai orang tua apalagi sebagai guru," ujarnya.
Menghormati Ustaz Abdul Somad
Gus Miftah juga menceritakan pernah dimintai tanggapan mengenai Ustaz Abdul Somad.
Bagi Gus Miftah, Ustaz abdul Somad ialah orang baik, orang alim dengan segala kelebihannya. "Kalo saya dibandingkan beliau, apa," katanya.
"Kalo kemudian terjadi silang pendapat soal katakanlah ketika saya ceramah di gereja. Beliau berkomentar ya sah-sah saja. Beliau punya pandangan, saya punya pandangan," ujar Gus Miftah.
Menurut Gus Miftah, yang susah di Indonesia begitu beda pandangan tidak bisa menghormati pandangan orang lain dan mengklaim pendapatnya paling benar.
"Ketika saya ceramah di gereja di salah-salahkan, saya menghormati pendapat mereka. Tapi bisa juga dong dirimu menghormati pendapat saya," tuturnya.
Karena itu menurut Gus Miftah, masalah perbedaan tidak akan selesai selama tidak dewasa menyikapi perbedaan itu.