SuaraLampung.id - Desa Rejoagung, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur, menyimpan sejarah tentang kemerdekaan RI.
Desa Rejoagung, Lampung Timur, dikenal dengan sebutan Bedeng 49. Letaknya tidak jauh dari Kota Metro.
Di masa Agresi Militer Belanda II, warga Desa Rejoagung, Lampung Timur, turut berperang melawan penjajah.
Pertempuran warga Desa Rejoagung, Lampung Timur ini diabadikan dalam lukisan yang berada di Museum Desa Rejoagung.
Baca Juga:Penulisan Hari Kemerdekaan 17 Agustus Yang Benar dan Salah
Letak Museum Desa Rejoagung berada di pusat desa atau tepatnya di sekitar alun-alun/lapangan Desa Rejoagung. Letak museum berada satu tempat dengan Tugu Pos Komando Tentara Revolusi Tahun 1948-1949, yang lebih awal dibangun.
![Museum Desa Rejoagung, Lampung Timur. [ISTIMEWA]](https://media.suara.com/pictures/original/2021/08/16/62616-museum-desa-rejoagung-lampung-timur.jpg)
Pemilihan lokasi museum di sekitar lapangan desa dengan alasan tempat itu sebagai tempat yang mudah dijangkau dan dapat menampung jumlah massa yang besar.
Pada masa terjadinya Agresi Militer Belanda II, wilayah Desa Rejoagung termasuk dalam pemerintahan Lampung Tengah yang berpusat di Metro.
Mengutip buku Sejarah Revolusi Fisik di Provinsi Lampung bahwa pada masa revolusi fisik, Lampung Tengah merupakan daerah pertahanan di bawah Komado Front Utara yang berpusat di Kotabumi.
Saat itu beberapa daerah di Lampung Tengah turut menjadi incaran Belanda karena mempunyai nilai strategis.
Baca Juga:Ini Link Twibbon Pilihan untuk Semarakan HUT ke-76 Kemerdekaan RI Saat Pandemi Covid-19
Salah satunya adalah daerah di sekitar Kawedanan Metro. Setelah berhasil menguasai Tanjungkarang, Belanda kemudian berusaha menguasai Metro.
Belanda kembali memasuki wilayah Lampung melalui Pelabuhan Panjang pada 1 Januari 1949.
Mendengar kabar kedatangan Belanda ini, tokoh-tokoh di Kawedanan Metro melakukan konsolidasi guna membendung laju pergerakan pasukan Belanda di wilayah Kawedanaan Metro.
Para tokoh itu mengadakan rapat di sekitar komplek Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan kota Metro kini, pada tanggal 1 Januari 1949.
Rapat itu terlaksana tidak terlepas dari ide Raden Soekarso, ia merupakan Kepala Jawatan Pekerjaan Umum (PU) Metro. Sumber lain menyebutkan bahwa rapat terjadi atas usulan dari Wedana Metro, Idris Reksoatmodjo.
R. Soedarsono dalam artikelnya yang berjudul Sejarah Singkat Makam Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia R. Soekarso, menjelaskan dalam rapat itu berkumpulah para pemimpin di Kawedanaan Metro, ada pimpinan pemerintahan, pimpinan tentara, pimpinan berbagai partai politik, pimpinan laskar rakyat serta badan-badan perjuangan.
- 1
- 2