Tubuh Kawilarang menggantung di tiang. Kenpei lalu memukul tubuh Kawilarang menggunakan tongkat.
Siksaan ini berlangsung selama tiga jam. Pada saat bersamaan, Kawilarang juga menyaksikan penyiksaan terhadap orang lain di sebelahnya.
Setelah itu Kawilarang diperbolehkan keluar. Kawilarang melanjutkan pekerjaannya d pabrik karet vulkanisir.
Ternyata siksaan itu belum berakhir. Juni 1944, kabar adanya razia terhadap orang Ambon, Manado dan Indo kembali terdengar.
Baca Juga:Kasus Positif Covid-19 di Lampung Tembus Angka 8 Ribu
Kali ini yang menggelar razia adalah Keimubu, polisi Jepang. Saat sedang bekerja, Kawilarang didatangi anggota Keimubu.
“Ya kamu,” kata anggota Keimubu menunjuk Kawilarang.
“Saya?” tanya Kawilarang. “Untuk apa?”
“Tidak perlu tanya,” jawabnya. “Ikut saya”.
Kawilarang meminta izin pulang ke rumah terlebih dahulu. Anggota Keimebu membolehkan dengan pengawalannya.
Baca Juga:Pembelaan Tim Eva-Deddy Soal Bansos Covid-19 Dijadikan Modus Pemenangan
Sampai di rumah, Kawilarang mengganti pakaiannya. Ia memakai pakaian berlapis-lapis. Tujuannya agar tubuhnya tidak terlalu merasakan sakit saat mengalami siksaan.