Wakos Reza Gautama
Selasa, 02 September 2025 | 17:09 WIB
Ilustrasi dapur MBG. Ratusan siswa sekolah di Bandar Lampung keracunan makanan MBG. [suara.com]

SuaraLampung.id - Sebuah insiden keracunan massal yang menimpa ratusan siswa di Bandar Lampung setelah mengonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) memicu alarm bahaya yang serius.

Kejadian ini menyoroti celah krusial dalam sistem pengawasan makanan MBG yang harus segera ditambal. Dinas Kesehatan (Diskes) Kota Bandar Lampung menegaskan komitmen untuk memperketat pengawasan terhadap penyedia makanan MBG di sekolah, guna memastikan horor serupa tak terulang.

Insiden keracunan massal pada Jumat (29/9/2025) lalu, yang melibatkan dua sekolah di Kecamatan Sukabumi, adalah cambuk peringatan keras bagi pemerintah kota.

Kepala Diskes Bandar Lampung, Muhtadi Arsyad Tumenggung mengatakan kasus keracunan massal ini menjadi perhatian serius pemerintah kota.

"Kami akan memperketat pengawasan terhadap penyedia makanan sekolah agar kejadian serupa tidak terulang kembali," tegasnya, Selasa (2/9/2025).

Yang lebih mengejutkan, hasil uji awal mengungkap fakta mencengangkan: air bersih yang digunakan dalam pengolahan makanan di dapur penyedia makanan MBG untuk siswa positif mengandung bakteri Escherichia coli (E. coli).

Bakteri ini, yang seringkali menjadi indikator kontaminasi feses, adalah biang keladi di balik masalah pencernaan serius dan dapat mengancam nyawa, terutama pada anak-anak.

Inspeksi mendalam di dapur penyedia program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Tirtayasa, Sukabumi, sontak membuka mata.

"Kami menemukan sejumlah pelanggaran standar kebersihan yang tidak bisa ditoleransi. Ruang penyimpanan dan area pembuatan makanan dinilai jauh dari kata layak dan tidak memenuhi syarat kebersihan," ungkap Muhtadi.

Baca Juga: Ayung, Direktur PT CKB, Jadi Tersangka Korupsi BNI Griya - Begini Modusnya

Bayangkan, tempat di mana makanan untuk ratusan anak disiapkan, ternyata menjadi sarang bakteri mematikan. Ini adalah preseden buruk yang tidak boleh dibiarkan.

Temuan mengerikan ini langsung disampaikan kepada Ketua Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dengan instruksi tegas untuk segera bertindak.

Respons cepat pun diambil: "Mereka menyatakan akan menghentikan sementara kegiatan dapur MBG itu sampai kondisi benar-benar steril dan sesuai standar sanitasi," kata Muhtadi. Sebuah langkah yang tepat, namun juga mengindikasikan betapa parahnya kondisi yang ada.

Total, ada 247 siswa yang menjadi korban keracunan makanan MBG, meliputi SDN 2 Sukabumi, SMPN 31 Bandar Lampung, serta SD di Campang Raya, semuanya berada di Kecamatan Sukabumi.

Dari jumlah tersebut, 12 siswa harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit dan puskesmas.

"Alhamdulillah, saat ini kondisi mereka semakin membaik," ujar Muhtadi, sedikit melegakan di tengah keprihatinan. (ANTARA)

Load More