SuaraLampung.id - Pasokan dan harga beberapa komoditas perlu diperhatikan secara berkala untuk menjaga tingkat inflasi di Provinsi Lampung.
Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung Irfan Farulian mengatakan, beberapa komoditas harus diawasi agar tidak mengalami kenaikan harga berlebih.
"Tapi secara keseluruhan untuk Provinsi Lampung inflasi dan harga masih baik dan terkendali," ujar Irfan Farulian, Senin (5/2/2024).
Ia mengatakan pengawasan beberapa komoditas yang rawan mengalami kenaikan dilakukan untuk menjaga tingkat inflasi daerah agar tetap terkendali.
"Di Januari kemarin yang penting sudah mulai masuk musim hujan dan dampak fenomena iklim El Nino sudah tidak terlalu besar, sehingga petani sudah masuk musim tanam jadi mulai ada pasokan pangan tambahan," ucapnya.
Dia menjelaskan beberapa komoditas yang harus dijaga serta diawasi secara berkala meliputi cabai, beras, telur, dan bawang.
Menurut dia, cuaca juga menjadi faktor pendorong lancarnya distribusi pangan selain pengawasan harga di pasaran.
"Sudah diberitahukan prakiraan cuaca untuk 3 bulan ke depan oleh BMKG. Dan Lampung perkembangan harganya masih di urutan 13 masih bisa di kendalikan inflasinya dengan baik, mudah-mudahan tetap terkendali," ujar dia.
Tanggapan mengenai pengawasan harga pangan dikatakan oleh Pemerintah Provinsi Lampung melalui Inspektur Provinsi Lampung Fredy.
Baca Juga: Ekonomi Lampung di Tahun 2023 Menguat Dibanding 2022
"Di Lampung ini sudah mulai hujan, berdasarkan prediksi dari BMKG sampai April hujan, yang tertinggi di Maret. Jadi di periode itu masuk musim tanam, sebab Mei mulai agak kering sampai Agustus, jadi penting sekali musim tanam ke depan bisa diantisipasi sehingga pengendalian inflasi bisa lebih baik lagi," ujar Fredy.
Ia melanjutkan pengendalian serta pengawasan ketersediaan dan harga komoditas yang rawan mengalami kenaikan itu akan terus dilakukan oleh pemerintah daerah untuk menjaga stabilitas ekonomi daerah.
"Memang harus dijaga agar stabil untuk komoditas yang rawan meningkat seperti beras, bawang merah, bawang putih karena masih impor ini yang perlu di kendalikan terus," tambahnya.
Pada Januari 2024 ini Provinsi Lampung mengalami deflasi sebesar 0,19 persen, di mana penyumbang utama deflasi adalah kelompok makanan, minuman, tembakau dengan andil 0.21 persen.
Dari kelompok tersebut cabai merah memiliki andil deflasi sebesar 0,136 persen, cabai rawit 0,086 persen, daging ayam ras 0,026 persen, dan ikan kembung 0,023 persen. (ANTARA)
Berita Terkait
-
Ekonomi Lampung di Tahun 2023 Menguat Dibanding 2022
-
Usai Debat Kelima Pilpres 2024, TKD Prabowo-Gibran Lampung Yakin Menang Satu Putaran
-
Aksi Tawuran Antargeng di Pekalongan Lampung Timur Digagalkan Polisi
-
KPU Bandar Lampung Siapkan Kotak Suara Keliling bagi Tahanan dan Pasien RS
-
Komplotan Hipnotis yang Meresahkan Warga Liwa Ditangkap, Pelaku dari Luar Lampung
Terpopuler
- Breaking News! Akhir Pahit Mees Hilgers di FC Twente
- Satu Kata Misteri dari Pengacara Pratama Arhan Usai Sidang Cerai dengan Azizah Salsha
- Uya Kuya Klarifikasi Video Joget 'Dikira Rp3 Juta per Hari itu Gede'
- 15 Titik Demo di Makassar Hari Ini: Tuntut Ganti Presiden, Korupsi CSR BI, Hingga Lingkungan
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 24 Agustus: Raih Skin SG2 dan Diamond di Akhir Pekan
Pilihan
-
Terbitkan 20,9 Juta Saham Baru, PANI Gelar Private Placement Rp300 Miliar
-
3 Rekomendasi HP Gaming Murah Baterai Awet Berhari-hari, Harga Mulai dari Rp 2 Jutaan
-
4 HP Murah RAM 12 GB Paling Worth It di Bawah Rp3 Juta, Harga Terjangkau Performa Handal
-
Here We Go! FC Utrecht Lepas Miliano Jonathans ke Timnas Indonesia
-
Danantara Pecat Immanuel Ebenezer dari Komisaris Pupuk Indonesia Usai Terjaring OTT KPK!
Terkini
-
Dukung UMKM, Pemkot Bandar Lampung Janji Dampingi Urus Izin dan Sertifikasi Halal GRATIS
-
Dua Tahun Buron, Perampok Karyawati PNM Mekar di Way Kanan Akhirnya tak Berkutik
-
Ayah Tiri di Way Kanan Tega Jadikan Anak 15 Tahun Budak Nafsu Sejak 2022
-
Pelaku Pencurian HP Mahasiswa KKN di Wonosobo Tanggamus Ditangkap, Ternyata
-
Berpihak pada UMKM, BRI Salurkan Pembiayaan Senilai Rp1.137,84 Triliun