SuaraLampung.id - Bagi anda warga Bandar Lampung, perlu tahu sejarah Kota Bandar Lampung.
Bandar Lampung secara resmi dijadikan nama kota pada tahun 1983.
Saat itu keluar Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1983 yang meresmikan pemakaian nama Kota Bandar Lampung.
Dikutip dari Buku "Sejarah Sosial Daerah Lampung Kotamadya Bandar Lampung" terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1984, pengajuan nama Bandar Lampung sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun 1965.
Baca Juga: Fakta Operasi Densus 88 di Lampung, Tangkap 7 Terduga Teroris
Namun tertunda hingga lebih dari 18 tahun karena sesuatu hal.
Asal Nama Bandar Lampung
Sebelum bernama Bandar Lampung, kota ini bernama Kotamadya Tanjungkarang-Telukbetung.
Penamaan ini karena saat itu Kota Bandar Lampung terdiri dari Kota Tanjungkarang dan Kota Telukbetung.
Di tahun 1982, terjadi pemekaran wilayah dengan masuknya tiga kecamatan baru.
Baca Juga: 16 Kios di Stadion Way Dadi Sukarame Ambruk DIterpa Angin Kencang
Yaitu Kecamatan Kedaton, Kecamatan Panjang dan Kecamatan Sukarame. Sebelumnya tiga kecamatan ini berada di bawah naungan Kabupaten Lampung Selatan.
Bergabungnya tiga kecamatan baru ini membuat nama Tanjungkarang-Telukbetung tak lagi relevan.
Sementara untuk menambah penamaan tiga kecamatan dinilai terlalu panjang.
Karena itu dipilihlah nama Bandar Lampung. Bandar di sini diambil karena dinilai kota pelabuhan yaitu pintu gerbang tempat keluar masuk orang dan barang.
Hasil-hasil bumi dari kabupaten lain dikeluarkan ke luar melalui Kota Bandar Lampung sebelum dikirim ke provinsi lain utamanya Pulau Jawa.
Oleh karena itu Bandar Lampung adalah bandar bagi daerah Provinsi Lampung.
Dimulai dari Telukbetung
Sejarah Kota Bandar Lampung dimulai dari Telukbetung. Pada 17 Juni 1682, utusan Kesultanan Banten Pangeran Aria Dipati Ningrat memberi keterangan resmi kepada Residen Banten William Caaf bahwa Teloek Betoeng di tepi laut Teluk Lampung adalah daerah kuasa Banten.
Saat itu ditunjuk Dipati Teloek Betoeng Temenggung Nata Negara.
Sebelumnya nama Telukbetung dikenal dengan nama Suti Karang. Namun nama Telukbetung lebih lazim disebut karena memang daerah yang banyak teluknya.
Dinamakan Telukbetung, selain karena berada di daerah teluk, wilayah ini berada di bawah kaki Bukit Betung.
Awal abad ke-15, Telukbetung menjadi tempat berkumpulnya pedagang-pedagang yang membawa barang-barangnya melalui aliran sungai dan pantai antara lain melalui Pelabuhan Sukamenanti (sekarang bernama Gudang Agen).
Pada Agustus 1682, Belanda menjadikan Desa Kuripan Pesisir, Perwata, dan Telukbetung sebagai pabean. Yaitu tempat penimbunan lada dari seluruh pelosok Lampung.
Pada tahun 1847, Belanda menjadikan Telukbetung sebagai tempat kedudukan penguasa pemerintahan.
Sementara Tanjungkarang yang letaknya lebih tinggi, awal abad 19 mulai tumbuh mengarah sebagai kota.
Saat itu Tanjungkarang menjadi tempat persinggahan pada pedagang yang membawa rempah-rempah dari pelosok Lampung.
Mulanya di daerah Simpur hanya berupa pasar sederhana. Hingga Tanjungkarang berkembang menjadi sebuah pasar kota yang lebih lengkap dan ramai.
Pemerintah Belanda melihat Tanjungkarang lebih baik dan lebih sehat hawanya. Belanda lalu mulai mengarahkan Tanjungkarang menjadi kota teratur.
Belanda menjadikan Tanjungkarang sebagai tempat tinggal yang berpusat di Enggal.
Para pejabat dan pegawai tinggi Belanda tinggal di Tanjungkarang. Sementara Telukbetung dijadikan pusat perdagangan serta perkantoran.
Di tahun 1850, Telukbetung dijadikan pusat pemerintahan Belanda untuk daerah Lampung. Meletusnya Gunung Kratatau di tahun 1883, membuat Telukbetung porakporanda.
Inilah yang membuat Tanjungkarang lebih cepat berkembang.
Setelah Indonesia merdeka, Telukbetung dan Tanjungkarang masuk bagian Kabupaten Lampung Selatan dengan status kota kecil.
Lalu di tahun 1956, status Kota Tanjungkarang dan Telukbetung dinaikkan menjadi kota besar. Setahun kemudian, status kota ini berubah menjadi Kotapraja Tanjungkarang-Telukbetung.
Hingga keluar Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1983 yang meresmikan pemakaian nama Kota Bandar Lampung.
Berita Terkait
-
Imabsi Gelar Kelas Karya Batrasia ke-6, Bahas Repetisi dalam Puisi
-
Siapa Yintho Schroder? Bek Keturunan Lampung 1,97 Meter Punya Tekel Maut, Suksesor Mees Hilgers
-
Adakan PTKO II, Imabsi FKIP Unila Bekali Anggota agar Paham Renstra dan LPJ
-
Geram Komisi III DPR RI, Polisi Tangguhkan Guru Cabul di Bandar Lampung dengan Jaminan Sertifikat Tanah
-
Gempa Magnitudo 5,4 Guncang Pesisir Barat Lampung, Warga Diminta Waspada Gempa Susulan
Terpopuler
- Profil dan Agama Medina Dina, Akan Pindah Agama Demi Nikahi Gading Marteen?
- Ngaku SMA di Singapura, Cuitan Lawas Chilli Pari Sebut Gibran Cuma SMA di Solo: Itulah Fufufafa..
- Baim Wong Terluka Hatinya, Olla Ramlan Maju Senggol Paula Verhoeven: Ego Laki Jangan Disentil Terus
- Rumah Baru Sarwendah Tersambar Petir
- Beda Kekayaan AKP Dadang Iskandar vs AKP Ryanto Ulil di Kasus Polisi Tembak Polisi
Pilihan
-
Momen Pilkada, Harga Emas Antam Langsung Melonjak
-
Pemetaan TPS Rawan di Kaltim: 516 Lokasi Terkendala Internet
-
Siapa SS? Anggota DPR RI yang Dilaporkan Tim Hukum Isran-Hadi Terkait Politik Uang di Kaltim
-
Proyek IKN Dorong Investasi Kaltim Capai Rp 55,82 Triliun Hingga Triwulan III
-
Tim Hukum Isran-Hadi Ungkap Bukti Dugaan Politik Uang oleh Anggota DPR RI Berinisial SS
Terkini
-
Meriahnya OPPO Run 2024, Ada Hadiah Ratusan Juta dan Diskon dengan Menggunakan BRImo
-
Pilkada 2024: KPU Bandar Lampung Antisipasi Bencana, TPS Rawan di Pulau Pasaran
-
Liburan Berujung Maut: Rombongan PAUD Terseret Ombak di Pantai Ilahan, 1 Bocah Meninggal
-
Lampung Siaga I Jelang Pencoblosan Pilkada Serentak 2024, Wamendagri Beri Catatan Ini
-
Logistik Pilkada Bandar Lampung Aman, Wamendagri: "On the Track!"