Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Jum'at, 28 Mei 2021 | 08:15 WIB
Sugiono (kanan) dan Marto, pria muslim yang bekerja mengurus Vihara Thay Hin Bio di Bandar Lampung. [Suaralampung.id/Mitha Setiani Asih]

SuaraLampung.id - Semerbak aroma dupa dan lilin yang terbakar menyengat hidung saat memasuki Vihara Thay Hin Bio, Bandar Lampung, Kamis (27/5/2021) siang.

Dua pagoda di sisi kanan dan kiri halaman Vihara Thay Hin Bio menyambut siapapun yang datang. Jarak beberapa langkah, dua pilar besar dengan ukiran naga berdiri tegak di depan pintu masuk vihara.

Di sudut ruangan Vihara Thay Hin Bio, pria yang wajahnya sudah penuh kerut membawa kemoceng di tangan kanan. Ia mulai membersihkan debu-debu yang menempel di lemari.

Dengan cekatan, pria yang rambutnya sudah memutih ini lalu menyapu sudut-sudut ruangan vihara. Dialah Sugiono. Sehari-hari Sugiono bekerja sebagai pengurus Vihara Thay Hin Bio, Bandar Lampung. 

Baca Juga: 668 Calon Jemaah Haji Bandar Lampung Sudah Divaksin Covid-19

Vihara Thay Hin Bio terletak di Kampung Pacinan Teluk Betung, Kelurahan Pesawahan, Kecamatan Telukbetung Selatan, Bandar Lampung.

Di usianya yang sudah 79 tahun, Sugiono masih terlihat lincah membersihkan Vihara Thay Hin Bio. Sugiono mengabdi di vihara tertua di Provinsi Lampung itu sejak tahun 1965. 

Praktis sudah 56 tahun Sugiono bekerja di Vihara Thay Hin Bio. Awalnya pria asal Jawa Tengah ini bekerja sebagai tukang bangunan. Ia mendapat pekerjaan merenovasi Vihara Thay Hin Bio.

Saat bekerja merenovasi itu, Sugiono ditawarkan pihak Vihara Thay Hin Bio untuk bekerja di sana. Dengan senang hati Sugiono menyambut baik tawaran itu. 

Mulailah ia bekerja sebagai salah satu pengurus Vihara Thay Hin Bio. Tugasnya sehari-hari adalah membersihkan vihara. Sebagai seorang muslim, tidak ada masalah bagi Sugiono bekerja di tempat ibadah umat Buddha. 

Baca Juga: Alasan Terminal Rajabasa Hentikan Penggunaan GeNose

Bagi Sugiono hal itu tak memengaruhi keyakinannya sebagai muslim. Pihak vihara malah membebaskan dirinya untuk beribadah sebagai seorang muslim.

Buktinya kata Sugiono, pihak vihara menyediakan ruangan khusus bagi dirinya dan pengurus lain yang beragama Islam untuk salat.

Bekerja selama 56 tahun di Vihara Thay Hin Bio bukan waktu sebentar bagi Sugiono. Menurutnya, suasana kekeluargaan di Vihara ini yang membuat betah bekerja. 

Senada diungkapkan Marto, pengurus vihara yang juga beragama Islam.

Di hari Kamis (27/5/2021), Marto sedang sibuk menyiapkan lilin untuk persediaan sembahyang umat Buddha.

Marto telah menjadi pengurus Vihara ini selama 27 tahun.Semula ia hanya bekerja memasang bingkai gambar Buddha.

Sampai akhirnya ia menerima tawaran bekerja di Vihara Thay Hin Bio.

Sebagai Muslim tidak masalah baginya menjadi pegawai di Vihara Tertua di Lampung ini. Selama bekerja, Marto tidak mendapatkan tekanan apapun soal agama.

Pengurus Vihara tidak membatasinya untuk tetap sholat dan menjalankan ibadah sebagai muslim.

"Malah kadang-kadang mereka (Umat Budha) yang negor kita untuk salat Jumat. Kita sendiri suka gak keinget," ujarnya.

Pria berusia 47 tahun ini menuturkan ia biasa menyiapkan dekorasi buah untuk ritual dan membuat lilin. Namun, ia tidak diperkenan membersihkan patung-patung Buddha. Hal ini untuk memberikan kenyamanan dirinya sebagai muslim.

"Mereka bukannya tidak memperbolehkan, tapi jangan sampai kesalah pahaman itu ada. Patung-patung Buddha, dirawat dengan pengurus Vihara yang juga umat Buddha. Kita sebagai muslim tetap muslim, mereka Umat Buddha bisa menjalankan amalan masing-masing," terang Marto. 

Viriya, Rohaniawan Vihara Thay Hin Bio mengatakan pengurus Vihara yang muslim diberikan kebebasan untuk menjalankan ibadahnya. Vihara ini memiliki 10 pengurus, 5 diantaranya sebagai muslim.

Kontributor: Mitha Setiani Asih

Load More