Diceritakan kedua lakon utama tersebut, setelah melalui perjalanan panjang menyusuri Bukit Barisan sampailah di Pulau Apus untuk membuka lahan pemukiman.
Ternyata keduanya bisa menghentikan serangan bajak laut yang ingin merompak seluruh harta masyarakat sekitar, hingga di daerah Seputih Surabaya.
Keberhasilan mereka dalam mengusir perompak akhirnya mendapatkan apresiasi dari pemangku adat atau punyimbang adok.
Kedua orang tersebut diperbolehkan oleh punyimbang untuk tinggal di Pulau Apus sekaligus melegalkan wilayah tersebut sebagai wilayah pemukiman bagi keduanya melalui adat ngebaten anekh, sehingga daerah itu diberi nama Gunung Sugih.
Baca Juga:Bawaslu Lampung Ingatkan Peserta Pemilu 2024: Jangan Gunakan Bahan Kampanye Lebih Dari Rp 100 Ribu
Dari penyampaian sastra lisan tersebut, kemudian menjadi lakon dalam wayang sekelik. Saat ini mulai berkembang berbagai pementasan yang dilakukan berlandaskan dari cerita-cerita daerah Lampung guna menarik minat masyarakat untuk menyaksikan serta memahami kisah asli Lampung.
Menurut pewarah (dalang) kondang asal Lampung Tengah ini, minat masyarakat untuk menonton wayang sekelik semakin meningkat dengan banyaknya undangan pementasan dari berbagai daerah.
Namun, pihaknya masih belum berkeinginan untuk mengubah nama wayang yang identik dengan budaya Jawa itu dengan kata lineu yang lebih kental dengan budaya Lampung.
Kata lineu sekelik telah coba dimasukkan dalam ringget atau puisi berbahasa Lampung, seperti dengan mengucapkan kalimat "Ejau Linau Sekelik wayang Lappung" atau yang dapat diartikan "Inilah wayangnya orang Lampung, wayang persaudaraan" kalimat ini dilafalkan sebagai kalimat pengenalan akan Linau Sekelik dalam setiap pertunjukan.
"Memang agak sulit untuk mengubah pola pikir dan kebiasaan penonton karena kata lineu sekelik ini kurang familiar. Tetapi saat ini sudah mulai sedikit demi sedikit diperkenalkan," ujar Supriyanto.
Baca Juga:13 Desa Kelurahan di Lampung Jadi Proyek Percontohan Ketangguhan Bencana
Selain pengembangan dan pengenalan tentang wayang sekelik, kini juga telah disiapkan regenerasi pewarah atau dalang wayang sekelik melalui pelatihan di sanggar, dan kini telah ada dua orang yang belajar menjadi pewarah. (ANTARA)