SuaraLampung.id - Radin Inten I gelar Dalom Kusuma Ratu VI pernah melakukan perlawanan sengit terhadap Belanda. Ini terjadi saat Lampung dijadikan daerah yang langsung di bawah gubernuran Belanda tahun 1808.
Berubahnya status Lampung di bawah gubernuran Belanda, ditentang rakyat Lampung. Pecah perlawanan di daerah Abung, Kotabumi, Lampung Utara, di bawah Pangeran Indra Kusuma.
Perlawanan Pangeran Indra Kusuma bisa dipadamkan. Pangeran Indra Kusuma ditangkap dan dibawa, kemungkinan ke Banten dikutip dari buku Sejarah Daerah Lampung terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kantor Wilayah Provinsi Lampung tahun 1998.
Para pengikutnya menyusul mencari Pangeran Indra Kusuma ke Banten, tetapi tidak berhasil bertemu. Karena malu untuk kembali ke Lampung para pengikut ini menetap di Cikoneng, sehingga terkenalah sebagai kota Lampung Cikoneng, dekat kota Labuhan sekarang.
Baca Juga:VO di-DO Usai Kumpul Kebo dengan Oknum Dosen UIN Lampung, Nasibnya Kini Makin Miris
Sementara Belanda justru bersikap lunak terhadap penguasa di Lampung lainnya Radin Inten I yang berada di Negara Ratu, dekat Kalianda, Lampung Selatan.
Belanda malah mengakui kepemimpinan Radin Inten I. Kemungkinan langkah ini diambil karena pada waktu itu Belanda sedang bersiap-siap untuk menghadapi ancaman serangan dari pasukan Inggris.
Keadaan berubah ketika kemudian pada tahun 1811 pulau Jawa diserang pasukan Inggris dan kemudian Indonesia menjadi jajahan Inggris.
Daerah Lampung dengan sendirinya dipandang daerah jajahan Inggris pula, melalui Residen yang berkedudukan di Banten.
Kedudukan Lampung di bawah jajahan Inggris disebutkan dalam ketetapan dari Letnan Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles tertanggal 26 Pebrurari 1812 yang disampaikan kepada pemimpn-pemimpin rakyat di Lampung.
Baca Juga:Ditabrak Truk dari Belakang di Depan Putaran SMAN 5 Bandar Lampung, Wanita Ini Meninggal
Hal yang sama berlaku pula terhadap Radin Inten I. Surat dari Daendels tidak diakui bahkan ditahan oleh Raffles tanpa diganti.
Pada tahun 1816, sesudah perang Eropa selesai, melalui surat perjanjian antara pemerintah Inggris dan pemerintah Belanda, maka Indonesia dikembalikan ke tangan Belanda lagi.
Pada tahun ini juga di Lampung diangkat seorang Asisten Residen yang berada di bawah Residen Banten. Radin Inten I tidak mendekati Belanda atau mengajukan permohonan pengakuan terhadap kedudukannya.
Radin Inten I malah mengadakan persekutuan dengan Daeng Rajah di Tulang Bawang dan Seputih. Sikap kemerdekaan ini dipandang oleh Belanda sebagai sikap keras kepala.
Pemerintah Belanda sendiri tidak dapat mengelakkan kenyataan akan eksistensi kekuatan Radin Inten I di Lampung.
Oleh karena pada bulan Juni 1817, Asisten Residen Belanda Kruseman menemui Radin Inten I di Kalianda. Lalu tercapailah kesepakatan. Isi kesepakatan itu:
1. Raden Intan I bersedia mengakhiri jalan kekerasan dan bersedia membantu pemerintah;
2. Raden Intan I akan diakui kedudukannya sebagaimana halnya pada zaman pemerintah Daendels;
3. Raden Intan I mendapat pensiun sebesar f.1.200,- setahun se- dangkan saudara-saudaranya masing-masing f.600,- setahun.
Tetapi masa damai ini hanya sebentar. Hubungan Radin Inten I dengan pemerintah Belanda kembali meruncing. Pemerintah Belanda lalu menempuh jalan kekerasan.
Pada bulan Desember 1825, gezag- hebber Lelievre di Telukbetung bersama Letnan Misonius dengan kekuatan 35 orang serdadu dan 7 opas datang ke Negara Ratu dengan maksud menangkap Radin Inten I untuk dibawa ke Telukbetung.
Rupanya Radin Inten I dalam keadaan sakit. Dia meminta waktu dua hari sebelum dibawa ke Telukbetung. Sementara itu Lelievre dan pasukannya beristirahat di Negara Ratu.
Pada tanggal 13 Desember 1825 pagi hari, Radin Inten I menyerang perkemahan orang-orang Belanda. Lelievre tewas bersama orang sersan, sedang Letnan Misonius mengalami luka. Mereka terpaksa pulang di Telukbetung tanpa Raden Intan I.
Tiga tahun kemudian Radin Inten I wafat. Sejak penyerangan itu sampai Radin Inten I wafat, tidak ada perhatian Belanda untuk melenyapkan kekuasaan Radin Inten I.
Ini karena pasukan Belanda dipusatkan untuk melawan pasukan Pangeran Diponegoro yang mulai pada tahun 1825 melakukan perlawanan terhadap Belanda di Jawa Tengah. Radin Inten I digantikan oleh putranya Raden Imba II gelar Kusuma Ratu (1828-1834).