SuaraLampung.id - Poltracking Indonesia membeberkan hasil survei Pemilihan Presiden (pilpres) 2024 dengan menggelar sejumlah simulasi.
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda mengatakan, dari beberapa simulasi, elektabilitas Ganjar Pranowo tetap yang paling tinggi.
Hanta mengatakan dalam simulasi 18 nama calon presiden, elektabilitas Ganjar Pranowo sebesar 24,8 persen, Prabowo Subianto sebanyak 21,2 persen, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sejumlah 15,5 persen.
Di urutan keempat dan seterusnya terdapat nama Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) meraih 2,6 persen, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mendapat 2,5 persen dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno sebesar 1,8 persen.
Baca Juga:Jadi Kandidat Kuat Capres, Elektabilitas Ganjar Pranowo Kalahkan Prabowo Subianto
Begitu pula, tambahnya, dalam simulasi 15 nama capres tingkat keterpilihan Ganjar Pranowo paling tinggi yaitu 25,5 persen, sementara Prabowo Subianto tetap berada di posisi kedua sebesar 21,2 persen, dan Anies Baswedan di posisi ketiga dengan perolehan 16,1 persen.
Sementara dalam simulasi 10 nama capres, elektabilitas Ganjar meraih 26,9 persen, Prabowo Subianto mendapat 22,5 persen, dan Anies Baswedan memperoleh 16,8 persen.
Selanjutnya, dalam simulasi tiga nama capres, elektabilitas Ganjar Pranowo mencapai 30,6 persen, Prabowo Subianto memperoleh 26,8 persen, dan Anies Baswedan mendapat 19,8 persen.
"(Responden) Yang tidak mau menjawab dan tidak tahu atau tidak menjawab sebesar 22,8 persen," tambah Hanta.
Kemudian, lanjutnya, dalam simulasi dua nama capres, Ganjar Pranowo meraih 33,8 persen suara dan masih unggul mengalahkan Anies Baswedan.
Hal itu berbeda dengan simulasi capres antara Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
Tingkat keterpilihan Prabowo Subianto, dalam simulasi itu mencapai 33,4 persen dan mengalahkan Ganjar.
Begitu pun ketika simulasi antara Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, elektabilitas Ketua Umum DPP Partai Gerindra itu tertinggi mencapai 36 persen.
Menurut Hanta, hasil survei tersebut merupakan peta elektoral terbaru saat pengambilan survei, mengingat pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) masih cukup lama di 2024.
"Sehingga, sangat mungkin terjadi berbagai dinamika, peristiwa, dan momentum politik yang berpotensi mengubah peta politik elektoral ke depan," ujarnya.
Survei Poltracking itu dilakukan pada 16-22 Mei 2022 dengan jumlah sampel sebanyak 1.220 responden dan margin of error sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Metode survei yang digunakan ialah multistage random sampling lewat wawancara tatap muka secara langsung dengan responden terpilih. (ANTARA)