M Jasin, Panglima Korps Mobrig, yang ikut konferensi, menolak mosi Sutarto. Sikap M Jasin ini diikuti para kapolda. Gagallah upaya Sutarto menjatuhkan RS Soekanto sebagai Kapolri.
Konferensi itu sendiri menghasilkan Manifes Kepolisian. Manifes Kepolisian bertujuan agar kepolisian secara sadar kembali kepada jiwa UUD 45.
Untuk melaksanakan Manifes Kepolisian, dibentuklah tim 10 yang isinya para perwira perwakilan dari beberapa Polda. Salah satu yang masuk dalam tim 10 adalah Sutarto.
Lalu Soekanto dan tim 10 sepakat membentuk satu staf pimpinan yang memenuhi syarat revolusi. Staf itu terdiri dari Wakapolri, Pembantu Utama I Bidang Operasi dan Pembantu Utama II Bidang Administrasi.
Baca Juga:Kisah Pemuda Bernama Nyoman Gedur yang Tewas Dibunuh PKI
Tim 10 mengusulkan Kombes Jen Mohammad, Kombes Soelaiman Effendi dan Kombes Soekarno Djojonegoro sebagai staf pimpinan.
Namun Kapolri RS Soekanto tidak menyetujui tiga nama usulan tim 10. Setelah melakukan semedi, Soekanto menunjuk Kombes Soekarno Djojonegoro sebagai Wakapolri, Kombes M Jasin sebagai Pembantu Utama I Bidang Operasi dan Kompol Soetjipto Danoekoesoemo sebagai Pembantu Utama II Bidang Administrasi.
Soekarno Djojonegoro adalah keponakan Sutarto. Namun Soekanto menyetujui Soekarno menjadi wakilnya karena menurutnya Soekarno bukan seorang komunis.
Soekarno Djojonegoro sendiri sebenarnya keberatan diusulkan menjadi Wakapolri karena ia didukung kelomok beraliran kiri untuk menggantikan Soekanto sebagai Kapolri.
Karena itu Soekano Djojonegoro tidak pernah menjalankan tugasnya sebagai Wakapolri. Ia bersembunyi di Jawa Tengah dan tak pernah sekali pun muncul di Jakarta.
Baca Juga:Baru 5 Jenazah Napi Lapas Tangerang Bisa Teridentifikasi, RS Polri Ungkap Kendalanya
"Kemungkinan besar ia (Soekarno Djojonegoro) takut dicurigai oleh teman-temannya sebagai kader PKI atau malu bertemu RS Soekanto," kata M Jasin.