Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Selasa, 08 Juli 2025 | 19:29 WIB
Dosen Program Studi Kimia, Kelompok Keilmuan Kimia Hayati, Fakultas Sains Institut Teknologi Sumatera (Itera), Dr. Rahmat Kurniawan, S.Si., M.Si., saat melakukan penelitian senyawa dari tumbuhan murbei. [ANTARA]

SuaraLampung.id - Di tengah suramnya statistik kanker serviks sebagai pembunuh senyap nomor dua bagi perempuan Indonesia, sebuah terobosan mengejutkan datang dari tempat yang tak terduga.

Seorang peneliti di Institut Teknologi Sumatera (ITERA) kini tengah membidik senyawa alami dari tumbuhan yang akrab di pekarangan rumah ini sebagai senjata baru yang potensial untuk melumpuhkan sel kanker ganas tersebut.

Dr. Rahmat Kurniawan, S.Si., M, dosen dari Program Studi Kimia ITERA, melakukan riset ilmiah canggih untuk mengisolasi dan menguji kekuatan senyawa spesifik dari tanaman Morus shalun atau murbei. Fokus mereka tertuju pada senyawa kuwanon G di tumbuhan murbei.

Tujuan riset ini sangat krusial: mencari alternatif pengobatan yang lebih cerdas dan lebih ramah bagi tubuh dibandingkan kemoterapi konvensional.

Baca Juga: Itera Cetak Guru Besar Ahli Tata Kota Berkelanjutan

Seperti diketahui, kemoterapi bagaikan bom yang menghancurkan sel kanker sekaligus sel sehat, meninggalkan efek samping berat yang menyiksa pasien.

Dia menjelaskan senyawa Kuwanon J merupakan adduct Diels-Alder yang diperoleh melalui proses biotransformasi menggunakan enzim Diels-Alderase. Dalam uji awal, kata dia, senyawa itu menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker serviks.

"Penelitiannya ini memanfaatkan pendekatan kultur jaringan tumbuhan, jamur, dan bakteri, untuk memperoleh senyawa bioaktif," katanya.

Dia mengatakan tumbuhan Morus shalun menghasilkan senyawa golongan fenolik yang unik dengan rantai isoprenil. Rantai inilah yang menjadi salah satu prekursor pembentukan cincin metil sikloheksena dari senyawa adduct Diels-Alder.

Tumbuhan murbei dikenal luas di Indonesia sebagai tanaman dari famili Moraceae yang tumbuh di daerah tropis dan subtropis, termasuk kawasan Asia Tengah dan Indonesia.

Baca Juga: Kapan Hari Raya Idul Fitri 2025? Ini Prediksi Ilmuwan Itera

Temuan awal dari ITERA ini memberikan harapan baru bahwa di masa depan, para wanita yang berjuang melawan kanker serviks mungkin memiliki pilihan pengobatan yang tidak hanya efektif menghancurkan penyakit, tetapi juga menjaga kualitas hidup mereka.

Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof. Dante Saksono Harbuwono, menyampaikan keprihatinan atas tingginya angka kasus kanker serviks di Indonesia dalam diskusi bertajuk “Reafirmasi Komitmen Eliminasi Kanker Serviks”. Kanker serviks saat ini merupakan jenis kanker terbanyak kedua di Indonesia.

Setiap tahun, diperkirakan terdapat lebih dari 36.000 kasus baru yang terdeteksi. Ironisnya, sekitar 70 persen dari kasus tersebut baru diketahui pada stadium lanjut, sehingga meningkatkan risiko kematian secara signifikan. (ANTARA)

Load More