"Di sini kami sadar bahwa lahan yang kami rambah bertahun-tahun secara ilegal membuat kondisi tanah dan tanaman hutan semakin rusak, sehingga kami berjanji akan mengambil hasil hutan tapi tidak merusak hutan," terang Dayat.
Konsep Agroforestri yang diterapkan petani hutan lindung Batutegi yakni penanaman kemiri. Selain harganya cukup menguntungkan, perawatan kemiri tidak serumit kopi. Tumbuhan kemiri cukup membuat hutan lestari.
Seperti yang diungkapkan Purwanto petani asal Desa Sendang Baru, Kecamatan Sendang Agung, Lampung Tengah. Hasil bercocok tanam kemiri menurutnya lebih menguntungkan bila dibandingkan kopi.
Sehingga sejak tahun 2013 dirinya mencoba melakukan penanaman 100 batang di atas lahan garapan miliknya di hutan lindung Batutegi.
Purwanto mulai memetik hasilnya di tahun 2018. Dia sudah bisa memanen satu pohon. Saat tiba waktu panen raya, dirinya bisa mendapatkan 0,5 kuintal di bulan Juli, Agustus dan September.
"Rawatnya lebih ringan bila dibanding kopi, harga juga lumayan sekilo bisa mencapai Rp8 ribu. Saya masih punya 100 batang kemiri, rencananya akan saya perluas," kata dia.
Selain kemiri tanaman keras berupa pala, alpukat dan sejenisnya juga menjadi sasaran petani hutan lindung Batutegi untuk mengganti secara perlahan tanaman kopi.
Bukan hanya jenis tanaman, YIARI mencoba merubah pola tanam petani hutan lindung Batutegi lewat program sekolah lapangan. Para petani diberitahu cara mengolah lahan yang sehat dan cara membuat produk-produk pertanian yang ramah lingkungan.
Koordinator Pendampingan Masyarakat dan Edukasi dari YARI Aji Mandala, mengatakan hasil dari sekolah lapangan sebagian petani di hutan lindung Batutegi bisa membuat beberapa produk kompos yang bahannya mudah didapat.
Baca Juga: Geger Penemuan Mayat di Pekon Sukabanjar Tanggamus, Diduga Korban Pembunuhan
Seperti membuat polibag dari anyaman bambu, pupuk kompos padat yang bahannya berasal dari kotoran kambing, kulit luar kopi.
Pembuatan kompos cair, bahan yang dibutuhkan berupa ragi, nongol pisang, rebusan kangkung, dan gula merah lalu diberi air secukupnya.
Pestisida nabati khusus jamur, di sekolah lapangan petani bisa membuatnya sendiri dengan bahan kunyit, lengkuas, sere lalu difermentasi selama 15 hari.
"Semua itu sudah mulai diterapkan oleh petani di sini, bahkan mereka secara kelompok sudah memelihara kambing agar kotoran dan air seni kambing bisa dikumpulkan sebagai bahan dasarnya," terang Aji Mandala.
Kepala Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) Batutegi Qodri menjelaskan lahan yang sudah mendapatkan izin kelola baik kemitraan dan HKm seluas 48 ribu hektare sementara hutan inti seluas 10 ribu hektare.
Meskipun petani mendapatkan izin garapan, mereka harus memenuhi kewajiban berupa jenis tanaman yang harus ditanam, dan harus menjaga kelestarian hutan tempat menggarapnya.
Berita Terkait
-
Geger Penemuan Mayat di Pekon Sukabanjar Tanggamus, Diduga Korban Pembunuhan
-
Usai Begal Motor, Wanita Asal Tanggamus Ini Kabur ke Bandar Lampung Nyamar Jadi Tukang Rongsok
-
Bocah Hilang di Pantai Muara Asin Tanggamus Ditemukan Meninggal Dunia
-
6 Tempat Wisata di Tanggamus Paling Dicari Turis
-
Balita Ditemukan Meninggal di Kolam Ikan Tetangga di Tanggamus
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
BRI Konsisten Hadirkan Solusi Pembiayaan bagi UMKM melalui PRABU Expo 2025
-
Gajah Dona Mati di Taman Nasional Way Kambas
-
Holding Ultra Mikro BRI Terus Lakukan Business Process Reengineering untuk Tingkatkan Layanan
-
Buruan! Minyak Goreng 1,5 Liter Turun Jadi Rp27.900 di Alfamart, Stok Cepat Habis
-
BRI Perkuat UMKM Lewat Program Pemberdayaan dan Inovasi Berkelanjutan