Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Senin, 14 November 2022 | 08:10 WIB
Seorang petani sedang memanen sawit di Tulang Bawang. [Suaralampung.id/Agus Susanto]

Namun ia tak punya pilihan karena jika menggunakan pupuk nonsubsidi, Ikhwan harus merogoh kocek sebesar Rp60 untuk satu batang pohon sawit

"Daripada hasil produksi menurun, saya berjuang dengan pupuk organik, dan hasil produksi juga maksimal masih bisa mendapatkan 1 ton sawit dalam satu hektare," ucap pemilik lahan seluas dua hekatare itu.

Beda dengan Cipuk warga Desa Batanghari, Kecamatan Rawa Pitu, Tulang Bawang. Petani sawit swadaya itu masih menggunakan pupuk kimia nonsubsidi. 

"Selagi harga sawit tidak kurang dari Rp1,5 ribu per kilo saya masih menggunakan pupuk kimia nonsubsidi," kata pria 73 tahun yang menggarap kebun sawit seluas 3 hektare ini.

Baca Juga: Semua Rumah Sakit di Bandar Lampung Siap Hadapi Lonjakan Kasus COVID-19

Perbandingan biaya pemupukan antara pupuk subsidi dan nonsubsidi menurutnya hingga Rp1,5 juta untuk lahan 3 hektare.

"Biaya pupuk subsidi  setiap 4 bulan sekali sebanyak Rp3,5 juta sedangkan pupuk nonsubsidi habis 5 juta," ucap Ciput.

Cipuk sendiri  masih kurang yakin jika harus menggunakan pupuk organik untuk tanaman sawitnya. Ia tak mau ambil risiko tanaman sawitnya rusak gara-gara menggunakan pupuk organik.

"Pupuk organik itu apa bukan pupuk kandang to? Saya takut nyoba-nyoba pupuk kandang takut tanamannya rusak," terangnya.

Meski mengeluarkan biaya lebih besar karena menggunakan pupuk nonsubsidi, Ciput mengaku sejauh masih tetap dapat untung selama harga sawit masih Rp1,5 ribu per kilogram.

Baca Juga: Lihat 2 Anak Tenggelam di Embung Pemanggilan, Pemancing Ikut Tenggelam saat Melakukan Pertolongan

Namun jika harga sawit jatuh di bawah Rp1,5 ribu, Ciput memilih tidak akan melakukan pemupukan.

Load More