Sejak petani sawit swadaya tidak lagi diperbolehkan membeli pupuk subsidi, menurut Rokani, hasil buah menurun. Jika ini terjadi terus menerus, dikhawatirkan Rokani, petani sawit swadaya akan beralih menggunakan sistem petani plasma.
Sistem plasma tentu akan mengancam keberadaan buruh upahan seperti Rokani karena untuk bekerja di plasma usianya maksimal 58 tahun.
Penggunaan Pupuk Organik
Dilarangnya komoditas sawit menggunakan pupuk subsidi membuat petani sawit swadaya memutar otak mencari cara merawat sawit dengan biaya rendah tapi tetap hasil tinggi.
Baca Juga: Semua Rumah Sakit di Bandar Lampung Siap Hadapi Lonjakan Kasus COVID-19
Ikhwan Mulyanto, petani sawit swadaya di Desa Karyamakmur, Kecamatan Penawar Aji, Kabupaten Tulang Bawang, Lampung, mencoba jalan alternatif menggunakan pupuk organik.
Pupuk organik buatan Ikhwan memanfaatkan kotoran sapi yang difermentasi dengan abu sekam dan EM4 selama satu minggu sampai dua minggu. Hasil fermentasi itu ditaburkan pada tanaman sawit miliknya seluas dua hektare.
Berbeda dengan pupuk kimia yang ditabur begitu saja dekat batang pohon sawit, pupuk organik milik Ikhwan dimasukkan ke karung lalu diletakkan dekat batang sawit.
"Pupuk organik saya takar 10 kilogram lalu saya masukkan ke dalam karung dan saya letakkan dekat batang sawit dengan jarak 80 cm. Tujuannya apa kok di taruh dalam karung? Biar pupuk tidak terbawa air hujan," kata Ikhwan Mulyanto.
Merawat tanaman sawit dengan pupuk organik tidak instan seperti pupuk kimia. Ikhwan setidaknya perlu waktu satu tahun baru bisa melihat hasilnya.
Baca Juga: Lihat 2 Anak Tenggelam di Embung Pemanggilan, Pemancing Ikut Tenggelam saat Melakukan Pertolongan
Ditilik dari biaya, Ikhwan mengakui pupuk organik lebih murah dari pupuk subsidi. Modal yang dikeluarkan Ikhwan untuk memupuk satu pohon sawit menggunakan pupuk organik sebesar Rp 12.500. Sementara saat masih memakai pupuk subsidi, biaya yang dikeluarkan Ikhwan untuk satu pohon sawit sebesar Rp15 ribu.
Berita Terkait
-
Burung Hantu Jadi Andalan Prabowo Basmi Tikus di Sawah: Mitos atau Fakta?
-
Seruit Bukan Satu-satunya, Ini 6 Kuliner Lampung yang Siap Manjakan Lidahmu
-
Solusi Anti-Mainstream Prabowo: Burung Hantu Jadi Andalan Berantas Hama Tikus di Sawah
-
Libur Lebaran di Lampung? Ini 6 Destinasi Wisata Seru yang Wajib Dikunjungi
-
Seorang Polisi Jadi Korban Begal di Cikarang, Honda Scoopy Miliknya Dibawa Kabur
Terpopuler
- Pamer Hampers Lebaran dari Letkol Teddy, Irfan Hakim Banjir Kritikan: Tolong Jaga Hati Rakyat
- Kekayaan Menakjubkan Lucky Hakim, Bupati Indramayu yang Kena Sentil Dedi Mulyadi
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
- Jualan Sepi usai Mualaf, Ruben Onsu Disarankan Minta Tolong ke Sarwendah
- Bak Trio Ridho-Idzes-Hubner, Timnas Indonesia U-17 Punya 3 Bek Solid
Pilihan
-
Harga Emas Antam Berbalik Lompat Tinggi Rp23.000 Hari Ini, Jadi Rp1.777.000/Gram
-
Wall Street Keok, IHSG Diprediksi Melemah Imbas Perang Dagang Trump vs Xi Jinping
-
Megawati dan Prabowo Subianto Akhirnya Bertemu, Begini Respon Jokowi
-
PM Malaysia Anwar Ibrahim Tegaskan ASEAN Solid dan Bersatu
-
Emas dan Bitcoin Banyak Diborong Imbas Ketegangan Perang Dagang AS vs China
Terkini
-
Lampung Cetak Surplus Ratusan Juta Dolar AS! Ini Negara Tujuan Ekspor Terbesarnya
-
Inflasi Lampung Maret 2025: Bawang Merah dan Listrik Biang Keroknya
-
Kisruh di PT San Xiong Steel: Karyawan Terlantar, Gaji Lebaran Terancam Batal
-
10 Bangunan di Atas Sungai di Campang Jaya Bandar Lampung Dibongkar
-
Ricuh di Pelabuhan BBJ, Sopir Truk Ngamuk Gara-gara Ini