Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Jum'at, 13 Agustus 2021 | 09:27 WIB
Ilustrasi Peneliti LIPI Asvi Marwan Adam. Asvi mengungkap teks palsu di buku biografi Soekarno berjudul 'Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat'. [Suara.com/Stephanus Aranditio]

SuaraLampung.id - Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam mengungkap fakta mengenai hubungan BUng Karno dan Bung Hatta

Selama ini informasi yang beredar menyebutkan Bung Karno telah melecehkan Bung Hatta dan Sutan Sjahrir. 

Pelecehan Bung Karno terhadap Bung Hatta ini ditulis dalam buku biografi Soekarno berjudul "Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat" karya Cindy Adams. 

"Saya bertanya di mana, di mana sumbernya, apa dokumennya? Dan dikatakan bahwa itu ditulis di dalam buku Bung Karno (berjudul) Penyambung Lidah Rakyat yang diterbitkan oleh Gunung Agung pada masa Orde Baru," kata Asvi pada peringatan HUT Ke-199 Proklamator RI Mohammad Hatta yang digelar oleh Badan Nasional Kebudayaan Pusat (BKNP) PDI Perjuangan secara virtual melalui akun @bknp pdiperjuangan di YouTube, Kamis.

Baca Juga: Rocky Gerung Puji Jokowi Politikus Lihai, Lepas dari Kendali Megawati

Salah satu teks atau alinea dalam buku itu dituliskan Bung Karno seolah tidak membutuhkan Hatta dan Sjahrir yang dikatakan menolak memperlihatkan diri di saat pembacaan Proklamasi.

Untuk mencari tahu kebenarannya, Asvi menanyakan ke Syamsul Hadi, dari Yayasan Bung Karno.

Syamsul adalah orang yang berperan memperbaiki atau revisi dari terjemahan buku Karya Cindy Adams, penulis berkebangsaan Amerika Serikat, mengenai Bung Karno.

 "Kemudian Syamsul Hadi itu memeriksa buku aslinya yang berbahasa Inggris dan ternyata tidak ada dua alinea yang sangat melecehkan itu, sama sekali tidak ada dalam bahasa Inggrisnya. Jadi kalau begitu, ada orang yang menambahkan dua alinea itu dan itu dibaca sepanjang Orde Baru," tegas Asvi yang juga dikenal sebagai seorang Sejarawan dikutip dari ANTARA.

Asvi menyebut adanya rekayasa Orde Baru untuk membenturkan Soekarno dan Mohammad Hatta.

Baca Juga: Megawati: Coba Pikir, Kenapa Bapak Saya Tak Mau Ada Wapres Lagi Cuma Pak Hatta?

Dan ternyata, rekayasa itu ada dalam dua alinea 'tambahan' atau rekayasa ala Orde Baru, yang ditemukan secara gamblang oleh Asvi.

Load More