Kisah Warga Rusia Menentang Invasi ke Ukraina, Bertengkar Setiap Hari dengan Sang Ayah yang Dukung Perang

Para pengunjuk rasa warga Rusia itu pun meminta maaf kepada rakyat Ukraina atas invasi negaranya.

Wakos Reza Gautama
Senin, 28 Februari 2022 | 12:54 WIB
Kisah Warga Rusia Menentang Invasi ke Ukraina, Bertengkar Setiap Hari dengan Sang Ayah yang Dukung Perang
Seorang wanita meletakkan bunga di luar kedutaan Ukraina di Moskow, setelah Rusia melancarkan operasi militer besar-besaran di Ukraina (24/2/2022). [ANTARA/Reuters/as]

Sejumlah penduduk Moskow tampak khawatir dengan sanksi Barat yang diperkirakan akan menimbulkan kekacauan pasar pada Senin.

Beberapa ATM kehabisan uang tunai di Moskow, orang-orang menunggu dalam antrean panjang untuk menarik uang di St Petersburg. Bank Raiffeisen menukar dolar dengan 150 rubel, padahal harganya masih 83 rubel saat penutupan pasar Jumat lalu.

Kedutaan AS mengimbau warga Amerika untuk meninggalkan Rusia "secepatnya" karena semakin banyak penerbangan dibatalkan dan negara-negara menutup wilayah udara mereka bagi maskapai Rusia.

Semua warga negara Prancis dengan kunjungan singkat di Rusia harus pergi secepatnya, kata pemerintah Prancis, Minggu.

Baca Juga:Pengantin Ukraina Ini Menikah di Tengah Ledakan Bom, Langsung ke Medan Perang

Di kedutaan Ukraina, Alexandra mengatakan semua temannya menentang perang, namun sebagian besar orang Rusia, termasuk orang tuanya, mendukung invasi Rusia.

"Orang tua saya tinggal di daerah. Mereka menonton televisi dan propaganda mempengaruhi mereka, mereka mengalami kekosongan informasi… Kami bertengkar setiap hari."

Anna mengatakan dia telah melakukan protes setiap hari sejak Kamis meskipun berisiko ditangkap. Dia menyesal kenapa tidak dari dulu mendukung politisi oposisi yang bisa membantu gerakan mereka saat ini, sehingga dia menyalahkan dirinya atas invasi Rusia.

"Tak ada yang mengorganisasi kami sekarang. Mereka kini dipenjara atau dicap sebagai ekstremis… Kami telah melewati momen itu," katanya.

"Kami yang harus disalahkan atas apa yang terjadi. Juga saya, secara pribadi."

Baca Juga:Ledakan Kembali Terdengar di Kyiv Ukraina, Bangunan Tempat Tinggal Dirudal

Kedua sahabat itu mengkhawatirkan saudara-saudara mereka di Ukraina. Kali terakhir mereka bicara, saudara-saudara mereka bilang sedang ditugaskan ke lokasi baru, tetapi tidak tahu di mana.

Anna mengatakan adik laki-lakinya, 18 tahun, yang menjalani wajib militer (wamil), tidak bisa menilai situasi secara kritis atau menolak tugas.

"Dia anak desa. Dia tidak pernah membaca (media independen). Dia hanya menonton Channel One (televisi pemerintah). Atasannya memberi perintah… Dia wamil, dia tak bisa menolak." (ANTARA)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini