Saat Minyak Goreng Langka, Harga Kedelai Naik Jadi Rp12.000 per Kilogram

Harga komoditas kedelai di tingkat pedagang dan distributor di Lampung mengalami kenaikan.

Tasmalinda
Sabtu, 19 Februari 2022 | 18:03 WIB
Saat Minyak Goreng Langka, Harga Kedelai Naik Jadi Rp12.000 per Kilogram
Kacang Kedelai Saat minyak goreng angka, harga kedelai naik Jadi Rp12.000 per Kilogram [pixabay]

SuaraLampung.id - Harga komoditas kedelai di tingkat pedagang dan distributor di Lampung mengalami kenaikan harga mencapai Rp12.000 per kilogram selama sepekan terakhir.

"Harga kedelai semakin naik, saat ini untuk partai besar dijual Rp11.200 per kilogram, sedangkan untuk tingkat pengecer Rp12.000 per kilogram," ujar salah seorang pedagang di Pasar Tradisional Pasir Gintung, di Bandarlampung, Sabtu.

Sebelumnya, kedelai sebagai salah satu bahan baku utama pembuatan tempe dan tahu itu dijual dengan harga Rp6.000 hingga Rp7.000 per kilogram.

"Naiknya ini bertahap dari Rp6.000 naik ke Rp8.000, untuk kenaikan sampai di harga Rp10.000 atau Rp11.200 per kilogram sudah terjadi sejak satu pekan terakhir," katanya.

Baca Juga:Kasus Positif COVID-19 di Lampung Bertambah 800 Kasus, Enam Orang Meninggal Dunia

Dengan adanya kenaikan tersebut banyak pedagang tempe dan tahu yang mengeluhkan tingginya biaya pembelian bahan baku. "Kalau saya tidak memasok banyak, dua minggu hanya dua ton saja, pas ada kenaikan ini banyak pedagang tempe dan tahu mengeluh. Kita pun penjualan menurun 30 persen dari biasanya," ucapnya.

Hal serupa juga dikatakan oleh Ida salah seorang marketing distributor kedelai asal Kota Bandarlampung.

"Di UD Sastro Simpo ini harga kedelai per karung naik menjadi Rp11.300 per kilo, nanti hari Senin bisa ganti harga melonjak lagi," kata Ida.

Dia menjelaskan, harga normal pasokan kedelai di tempatnya dijual Rp9.000 per kilogram.

"Naiknya harga kedelai ini sudah dua minggu, kalau berdasarkan informasi dari pemasok karena di Brazil gagal panen. Tapi kedelai impor ini memang sangat terpengaruh dengan kondisi di negara importir dan juga naik turunnya dolar," ucapnya.

Baca Juga:Disperindag Lampung Minta Perusahaan Penghasil Minyak Sawit Penuhi Kuota Lokal

Ida mengatakan, akibat adanya kenaikan harga tersebut pihaknya mengalami penurunan penjualan, dimana dalam sepekan bisa mendistribusikan 50 ton kedelai, saat ini hanya 10 hingga 20 ton tiap pekannya.

"Biasa 50 ton bisa terjual, sekarang hanya 10 sampai 20 ton. Kita tidak kesulitan dapat pasokan tapi kesulitan menjualnya karena harga mahal," katanya.

"Harapannya harga stabil kasihan perajin tempe dan tahu. Kalau produk tempe di perkecil tidak laku dijual, tapi di sisi lain harga bahan bakunya melambung tinggi," ujarnya. (ANTARA)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini