SuaraLampung.id - Wilayah Selat Sunda mengalami regangan (ekstensi) yang tinggi. Kondisi ini dapat meningkatkan potensi letusan (erupsi) Gunung Anak Krakatau (GAK).
Pakar kegempaan Institut Teknologi Bandung (ITB) Irwan Meilano mengatakan regangan tektonik yang tinggi di Selat Sunda mempercepat intrusi magmatis dan meningkatkan potensi letusan Gunung Anak Krakatau.
Data citra satelit yang diambil pada 2018 menunjukkan bahwa Gunung Anak Krakatau terus mengalami inflasi (penaikan permukaan tanah) hingga saat ini.
Dalam webinar memahami seismik celah (gap) megathrust di selatan Banten/Selat Sunda itu, Irwan mengatakan survei yang dilakukan sejak 2006-2012 menunjukkan adanya regangan di Selat Sunda dan survei selanjutnya yaitu pada 2012-2019 memperlihatkan regangan semakin besar.
Baca Juga:Regangan di Selat Sunda Semakin Besar, Potensi Letusan Gunung Anak Krakatau Meningkat
Regangan tersebut menyebabkan jarak antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa semakin jauh dan kemungkinan adanya implikasi terhadap aktivitas tektonik terkait sesar dan vulkanik di Selat Sunda.
Implikasi dari regangan tektonik, dari pemodelan yang dilakukan, dengan menghitung besar konvergensi yang berdasarkan survei terjadi hanya pada lokasi yang paling dangkal dan sangat dekat dengan Selat Sunda.
"Artinya begitu dekat dengan Selat Sunda kemungkinan gempa terjadi adalah gempa-tsunami," kata Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB dalam webinar yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat (21/1/2022).
Dari hasil pemodelan, ada rekatan tektonik (coupling) pada bidang kontak antar lempeng yang sangat dekat dengan Selat Sunda.
Sumber gempa besar (megathrust) di Selat Sunda berada pada bagian yang paling dangkal sehingga berpotensi menghasilkan gempa dan tsunami.
Baca Juga:Ancaman Tsunami Mengintai Pesisir Pantai Selatan, 3.000 Pohon Cemara Laut Ditanam di Pantai Cilacap
Survei juga menunjukkan masuknya sesar Sumatera ke Selat Sunda yang dapat berimplikasi jika terjadi gempa bisa berpotensi tsunami.
Maka gempa magnitudo 6,6 di Pandeglang Banten, pada Jumat (14/1/2022), menjadi peringatan (alarm) untuk peningkatan kewaspadaan, kesiapsiagaan dan mitigasi terhadap bencana gempa bumi dan tsunami. (ANTARA)