“Jangan ikut campur urusan keluarga saya,” tegas Jasin ke ajudannya. Jasin lalu mendekati Bustanil.
“Silahkan anda menuntut ajudan saya! Akan saya bela mati-matian. Dan sekarang giliran saya menghajar kamu,” kata Jasin sambil mengayunkan tinjunya ke wajah Bustanil.
Jasin memukuli wajah Bustanil bertubi-tubi hingga berdarah dan bengkak. Jasin lalu menanyakan perbuatan Bustanil ke putrinya.
“Saya bersalah. Saya bersalah. Saya minta maaf, saya minta maaf,” erang Bustanil.
Baca Juga:Polisi Tetapkan 7 Tersangka Kasus Kekerasan Seksual dan Penganiayaan Anak di Malang
Mendengar jawaban Bustanil, emosi Jasin makin memuncak. Ia kembali memukuli Bustanil sambil berkata
“Kamu benar-benar kurang ajar. Amanah saya, istri saya, sebagai orang-orang yang sepatutnya kamu hormati, kok sampai hati kamu ingkari dan injak-injak dengan perbuatan tidak seronok”.
Setelah itu Jasin meminta Bustanil menandatangani surat pernyataan mengenai terjadinya peristiwa itu. Surat itu lalu difotokopi dan dikirim ke Presiden Soeharto, Jenderal Panggabean dan Jenderal Sumitro.
Debat dengan Soeharto
Beberapa hari kemudian, Soeharto memanggil Jasin ke Cendana. Jasin datang seorang diri. Di sana ia malah dihardik Soeharto.
Baca Juga:Ditelepon saat Cekcok Arteria Dahlan vs Anak Jenderal, Prasetio Ungkap Isi Percakapannya
“Jenderal jangan main hakim sendiri!” bentak Soeharto.