Untuk pasien anak-anak, biasanya mereka sering kali tiba-tiba tampak bingung, tidak mau makan, bibir atau wajah membiru.
Terkadang, pasien yang melakukan isolasi mengalami perburukan kondisi. Menurut Nadia, ini biasanya dipengaruhi kekebalan tubuhnya atau pasien sedang kondisi tubuh tidak fit.
Selain itu, ada juga risiko terkena varian baru virus salah satunya varian Delta yang mampu meningkatkan keparahan sehingga berpotensi besar menyebabkan kematian.
Terkait pasien yang bisa melakukan isoman, Dr. April Baller dari WHO menambahkan, mereka ini tidak memiliki penyakit penyerta misalnya penyakit kardiovaskular atau penyakit paru-paru kronis dan tidak berusia lanjut.
Baca Juga:Rawat 1.877 Pasien Covid-19, Tempat Tidur RSD Wisma Atlet Kini Cuma Terisi 23 Persen
Kemudian mengenai pencatatan gejala, Kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Prikasih, dr. Gia Pratama menyarankan pasien bisa membuat semacam catatan harian. Catatan ini memuat informasi mengenai gejala, suhu, saturasi oksigen, frekuensi nadi, laju napas dan keluhan lain.
Obat dan asupan nutrisi
Selama melakukan isolasi mandiri, pasien perlu mendapatkan asupan makanan bernutrisi dan obat-obatan sesuai gejala untuk membantu pemulihannya.
Nadia menuturkan, pasien bergejala ringan biasanya diresepkan dokter sejumlah obat antara lain antivirus dan sesuai gejala mereka. Bila ada demam, maka pasien dibolehkan meminum paracetamol untuk menurunkan demam.
"Prinsipnya isolasi mandiri itu kita memberi kesempatan pada tubuh untuk membangun sistem kekebalan optimal demi melawan virus. Selain fokus melawan virus, ditambah booster dengan berbagai macam obat-obatan," tutur dia.
Baca Juga:Pasien Covid-19 Gejala Berat Indonesia Lebih Tinggi dari Rerata Dunia, Berapa Persen?
Pastikan dosis dan cara minum obat yang tepat agar tidak memunculkan penyakit lainnya semisal sakit lambung.