Wakos Reza Gautama
Sabtu, 09 Agustus 2025 | 20:03 WIB
Ilustrasi harimau saat dilepasliarkan. Seorang petani tewas diterkam harimau di Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Suoh, Lampung Barat. [Antara]

SuaraLampung.id - Seorang petani berinisial US (35) harus meregang nyawa dengan cara yang paling mengerikan. Tubuhnya yang tak lagi utuh ditemukan di kebun garapannya, menjadi saksi bisu betapa tipisnya sekat antara manusia dan amukan satwa liar ketika habitat mereka bersinggungan.

Peristiwa ini bukan sekadar kecelakaan, melainkan puncak dari konflik berlarut yang terus memakan korban di gerbang Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).

Tragedi ini bermula pada Jumat sore, 8 Agustus 2025. US, warga Dusun Sinar Harapan, Pekon Suoh, Kecamatan Bandar Negeri Suoh (BNS), Lampung Barat, pamit seperti biasa menuju kebunnya.

Ia pergi seorang diri, menembus rimbunnya lahan yang ironisnya berada di jantung kawasan konservasi. Namun, hingga malam menjelang, US tak kunjung pulang. Firasat buruk menyelimuti keluarga.

Kecemasan itu mendorong keluarga dan warga sekitar untuk melakukan pencarian di tengah pekatnya malam. Jejak pertama yang ditemukan adalah sepeda motor dan topi milik korban, tergeletak seolah ditinggalkan dalam ketergesaan.

Tak jauh dari lokasi itu, pemandangan paling horor tersaji. US ditemukan sudah tak bernyawa, tubuhnya penuh luka cabikan dan cakaran yang khas, jejak taring sang raja hutan.

Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Yuni Iswandari, mengonfirmasi tragedi memilukan ini. Lokasi kejadian, menurutnya, berada di area yang seharusnya steril dari aktivitas manusia.

“Lokasi kejadian berada di Talang Seluangan, perbatasan Kecamatan BNS dengan Kecamatan Way Tenong, Lampung Barat. Kebun korban memang berada di dalam kawasan TNBBS,” ujar Kombes Yuni.

Kebun tempat US meregang nyawa adalah zona merah, wilayah kekuasaan satwa liar yang dilindungi undang-undang.

Baca Juga: Satgas Kejagung Sikat Perambah Hutan di TNBBS, Pemprov Lampung Ambil Langkah Ini

Polda Lampung tidak tinggal diam dan langsung mengeluarkan imbauan dengan nada yang sangat tegas. Ini bukan lagi sekadar anjuran, melainkan peringatan keras untuk tidak main-main dengan maut.

“Kami minta warga mematuhi aturan dan larangan masuk kawasan taman nasional. Selain membahayakan diri, juga bisa mengganggu habitat satwa dilindungi,” tegas Yuni.

Pihak kepolisian, bekerja sama dengan Balai Besar TNBBS, berjanji akan meningkatkan pengamanan. Patroli di titik-titik rawan yang menjadi jalur perlintasan harimau akan diintensifkan.

Namun, pertanyaan yang lebih besar menggantung di udara: sampai kapan permainan kucing-kucingan antara aparat, satwa liar, dan warga yang terdesak kebutuhan ini akan terus berlanjut?

Konflik manusia dan harimau di sekitar TNBBS bukanlah cerita baru. Sudah tak terhitung nyawa yang melayang, baik dari sisi manusia maupun ternak.

Di sisi lain, populasi Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae) terus terancam oleh hilangnya habitat dan perburuan.

Load More