Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Kamis, 08 Februari 2024 | 11:26 WIB
Ilustrasi kekerasan anak. Nando korban selamat dari aksi pembantaian di Sukarame, Bandar Lampung, mengalami trauma mendalam. [shutterstock]

SuaraLampung.id - Aksi pembantaian satu keluarga yang terjadi di Jalan Pulau Singkep, Sukarame, Bandar Lampung pada Agustus 2022 lalu menyisakan trauma mendalam terhadap Raihan Dika Fernando (5) atau Nando.

Nando merupakan salah satu korban selamat dari aksi keji yang dilakukan pria bernama Sutrisno.  Sutrisno menyerang secara membabi buta lima anggota keluarga menggunakan parang dan serut kayu.

Mereka ialah Umiyati (50), Meri Desilawati (26), Raihan Dika Fernando (3), Sapta Mariana (18), dan Muhammad Firdaus (34).

Tiga korban berhasil selamat termasuk Nando, sementara, korban Umiyati (50) dan Muhammad Firdaus (34) meninggal dunia usai melewati masa kritis di Rumah Sakit Imanuel, Sukarame, Bandar Lampung.

Baca Juga: Pulau Pasaran Diresmikan Jadi Kampung Nelayan Modern, Ini Harapan Eva Dwiana

Peristiwa sadis itu menimbulkan gangguan psikis terhadap Nando.  Menurut Dede (38), paman Nando, keponakannya itu masih sering mengungkapkan rasa sedihnya dengan menyebut nama pelaku.

"Ini gara-gara Sutrisno, gara-gara dia," ujar Dede menirukan ucapan Nando, saat ditemui, Senin (5/2/2024) dikutip dari Lampungpro.co--jaringan Suara.com.

Trauma yang dialami Nando semakin diperparah dengan keputusan keluarga untuk kembali tinggal di rumah tempat kejadian perkara.

Dede menambahkan hingga saat ini belum ada tindakan pendampingan atau terapi pemulihan trauma yang dilakukan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Kota Bandar Lampung kepada Nando.

"Kayaknya si belum pernah datang. Banyak juga dari dinas yang datang. Tapi kalau dia (Dinas PPPA) datang mungkin membantu Nando pemulihan trauma," ungkapnya.

Baca Juga: Pemkot Bandar Lampung Pastikan PT HKKB Menghentikan Sementara Pembangunan Superblok

Sementara, Meri Desilawati (28), ibu kandung Nando, menyatakan anaknya tidak hanya berjuang dengan trauma psikis, namun juga dengan penyembuhan fisik.

Nando masih menjalani terapi saraf untuk lengan kirinya yang mengalami gangguan gerak akibat luka pukulan di kepala.

"Tangan kiri belum bisa menggenggam. Ini masih menjalani terapi di Jati Agung. Sudah lima kali," kata Meri.

Lebih lanjut, Meri menceritakan bahwa Nando juga mengalami perubahan prilaku signifikan pasca kejadian. Dia berhenti meminum susu dari botol dan menjadi sangat takut untuk bermain atau keluar rumah.

"Dari kejadian itu Nando ngak mau ngedot lagi. Sekitar dua bulan trauma, dia gak mau main, keluar saja takut," ujar Meri.

Load More