Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Selasa, 21 November 2023 | 12:16 WIB
Ilustrasi Prasasti Palas Pasemah. Deretan prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya.[pariwisatalamsel.com]

SuaraLampung.id - Kerajaan Sriwijaya pernah meninggalkan jejaknya di Provinsi Lampung. Bukti keberadaan Kerajaan Sriwijaya di Lampung dilihat dari adanya temuan sejumlah prasasti.

Berikut sejumlah prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Lampung seperti dikutip dari buku berjudul "Sejarah Daerah Lampung" terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kantor Wilayah Provinsi Lampung tahun 1997. 

1. Prasasti Palas Pasemah

Prasasti Palas Pasemah berada di Desa Palas Pasemah, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan. Letak prasasti ini tidak jauh dari pantai.

Baca Juga: Deretan Peninggalan Zaman Megalitikum di Lampung

Batu bersurat tersebut ditemukan di pinggir sungai kecil yang dikenal dengan nama sungai Palas, dan tempat tersebut dinamakan Kampung Palas Pasemah. Nama Pasemah menunjukkan bahwa penduduk yang mula-mula mem- buka daerah ini adalah penduduk dari Pasemah (daerah Palembang).

Isi Prasasti Palas Pasemah sama dengan prasasti Kotakapur dan prasasti Karang Brahi yang terdapat di Jambi yaitu mengenai usaha Sriwijaya untuk menaklukkan kerajaan Tarumanagera.

Perbedaannya hanyalah pada kalimat terakhir, baik prasasti Palas maupun Karang Berahi tidak menyebutkan yam bhumi Jawa tidak bhakti ka Criwijaya.

Keberadaan Prasasti Palas Pasemah ini menjadi bukti bahwa daerah Lampung dijadikan basis Kerajaan Sriwijaya untuk menguasai pulau Jawa.

Prasasti Palas Pasemah ini telah berhasil dibaca dan diterjemahkan oleh Drs. Buchori, seorang arkeolog Indonesia pada tahun 1968. Prasasti ini memakai aksara Pallawa dan berbahasa Sanskerta.

Baca Juga: Polisi Dalami Pelaku Lain Kasus Pencurian BRILink di Pesisir Barat

Menilik huruf dan isinya, banyak persamaan dengan prasasti Karang Berahi di Kota Kapur Bangka.

2. Prasasti Ulu Belu

Prasasti Ulu Belu berada di Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus. Batu bersurat ini ditemukan di daerah pedalaman sebelah barat bagian selatan daerah Lampung.

Prasasti ini telah diambil tahun 1934 dan dijadikan koleksi museum Pusat di Jakarta. Prasasti Ulu Belu memakai bahasa Melayu Kuno, bercampur bahasa Jawa Kuno yang berasal dari abad ke- 10-12 M.

Berdasarkan hal itu, prasasti ini mungkin dikeluarkan oleh raja Sriwijaya yang mempergunakan bahasa Melayu Kuno, dalam prasasti-prasasti yang dikeluarkannya seperti Kedukan Bukit, Talang Tua, Karang Berahi dan Kota Kapur serta prasasti Palas Pasemah.

Kemungkinan juga pengaruh Wangsa Sjailendra sudah sampai di Lampung bila kita bandingkan dengan prasasti Gandasuli, sebuah prasasti yang unik di Jawa Tengah yang mempergunakan bahasa Melayu Kuno, yang berasal dari abad ke-9.

Karena prasasti Ulu Belu bercampur dengan bahasa Jawa Kuno kemungkinan bahwa pengaruh Jawa sudah mulai masuk ke daerah ini.

Kerajaan apa yang menamakan kekuasaannya di sini belum ada kepastian. Tetapi melihat yang dipakai dalam prasasti itu diambil kesimpulan bahwa yang memerintahkan membuat prasasti itu raja dari dinasti Sjailendra yang berkuasa di Jawa Tengah pada abad ke-8 dan 9 M.

3. Prasasti Harakuning

Prasasti Harakuning berada di Kecamatan Balikbukit Kabupaten Lampung Barat. Prasasti ini terletak di tengah kebon kopi yang sangat lebat

Prasasti ini terdiri dari 19 baris, bertuliskan huruf pra nagari bahasa Melayu Kuno. Menilik batu-batu bekas pondasi yang terdapat di sekitarnya, maka dahulunya mungkin terdapat bangunan pelindungnya atau bangunan lain.

Prasasti ini telah pernah disebut- sebut oleh Dr. J.G. de Casparis dalam bukunya "Prasasti Indonesia I".

Transkripsi secara lengkap belum pernah diterbitkan, tetapi pada garis besarnya isinya hampir sama dengan prasasti Palas Pasemah, yaitu mengenai: Kutuk dan sumpah terhadap mereka yang berani membe- rontak atau melawan terhadap kedatuan Sriwijaya.

Berdasarkan isinya itu, maka prasasti itu diperkirakan usianya sama dengan prasasti Palas Pasemah. Prasasti ini 16 baris, memakai tulisan dan bahasa Jawa Kuno dengan angka tahun 997 M. Di sebelah atas terdapat gambar sebuah pisau.

Sampai saat ini belum diketahui siapa yang mengeluarkan prasasti tersebut.

4. Prasasti Batu Bedil

Prasasti Batu Bedil terletak di Batu Bedil Hilir, Kecamatan Pulau Punggung, Kabupaten Tanggamus. Prasasti ini sudah dalam keadaan rusak sehingga tidak terbaca lagi. Bertuliskan huruf Jawa Kuno, bahasa Sanskerta.

Terdiri atas 10 baris dengan huruf yang besar- besar tinggi 5 cm. Di bagian bawah terdapat lukisan bunga teratai. Kalimat pertama masih bisa dibaca bunyinya swaha. Menilik bunyi itu, maka prasasti ini adalah sebuah mantera. Menilik besarnya hurufnya diperkirakan berasal dari abad ke-9 M atau 10 M.

Load More