Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Selasa, 24 Oktober 2023 | 09:05 WIB
Ilustrasi Telukbetung. Sejarah Telukbetung. [Wikipedia]

SuaraLampung.id - Telukbetung adalah nama daerah di Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Setidaknya ada empat kecamatan yang namanya diawali Telukbetung.

Yaitu Telukbetung Barat, Telukbetung Timur, Telukbetung Selatan dan Telukbetung Utara. Lalu seperti apa sejarah terbentuknya Telukbetung?

Dikutip dari Buku "Sejarah Sosial Daerah Lampung Kotamadya Bandar Lampung" terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1984, penulisan sejarah pertumbuhan Telukbetung dimulai sejak tahun 1600-an.

Pada tanggal 17 Juni 1682, seorang utusan Kesultanan Banten bernama Pangeran Aria Dipati Ningrat memberikan keterangan resmi kepada residen Banten dari pemerintahan Belanda William Caaf mengenai Telukbetung.

Baca Juga: Motor Terbakar di SPBU Antasari, Diduga karena Korsleting

"Teloek- betong ditepi laut Teluk Lampung adalah daerah kuasa Banten dan yang ditunjuk sebagai dipati di sana adalah Temenggung Nata Negara, yang memerintah sebanyak 3000 orang penduduk (rakyat)," begitu keterangan dari Pangeran Aria mengenai Telukbetung. 

Keterangan tersebut dilaporkan pula oleh Residen William Caaf kepada atasannya Gubernur Jenderal VOC Cornelis Speelman di Batavia. 

Sebelumnya, nama Telukbetung biasa disebut dengan kota Suti- Karang. Tetapi kemudian lebih lazim dengan nama Teluk karena memang terletak di daerah yang banyak teluknya.

Seorang Koopman bernama Herbertus de Jager menyebutnya dengan "TELLOC" dan Willem Caaf telah menamakannya "TELOEK BETOENG".

Selain terletak di daerah yang banyak teluknya, kota ini juga berada di kaki bukit Betung. Di puncak Bukit Betung tersebut dulunya terdapat pula sebuah danau kecil yang dikelilingi oleh Betung (sejenis bambu yang lebih keras dan lebih besar) lagi pula dengan lebatnya memagari danau tersebut.

Baca Juga: Petugas Lapas Narkotika Bandar Lampung Jalani Tes Urine, Ini Hasilnya

Mengenai cakal bakal Kota Teluk ini, pemuka masyarakat tokoh adat budaya/sejarah Lampung berpendapat kota ini telah mulai terwujud/terbentuk semenjak abad yang ke-15.

Diawali sebagai tempat berkumpulnya pedagang-pedagang yang membawa barang-barangnya melalui aliran sungai dan pantai antara lain pada Pelabuhan Sukamenanti (sekarang bernama Gudang Agen) yang pada masa itu telah merupakan bandar pelabuhan termasuk pula Bandar Balak, Bandar Lunik dan Bandar Teba.

Pada Agustus 1682, Koopman de Jager menerangkan bahwa Desa Kuripan Pesisir, Perwata dan Suti Karang (Teluk Betung) yang terletak di dalam Teluk Lampung merupakan "pabean" dan tempat penimbunan lada dari seluruh pelosok daerah Lampung/hasil dari desa-desa yang jauh.

Daerah Lampung ketika itu berada di bawah kuasa Kesultanan Islam Banten. Sebagai wakil mahkotanya ditunjuk Adipati Wangsa Wiraraja (dipersamakan pangkatnya dengan gubernur) yang membawahi Tumenggung Natanegara (setingkat bupati) yang diangkat dari anak negeri Lampung asli.

Pada tahun 1682 ,terjadi "kemelut kekuasaan" pada Kerajaan Banten itu, yakni antara Sultan Agung Tirtayasa (sang ayah) dengan Abdul Nazar alias Sultan Haji (sang anak).

Peperangan ini dimenangkan oleh Sultan Haji atas bantuan dari Belanda. Ini membuat Belanda mulai diperbolehkan membeli lada, kopi dan rempah-rempah keperluan Eropa lainnya secara langsung ke daerah Lampung, sebagai imbalan balas jasa dari Sultan Haji kepada VOC.

Di tahun 1684, Belanda telah mendapat hak monopoli perdagangan lada di Lampung, sebagai penggantian ongkos-ongkos biaya perang sewaktu membantu Sultan Haji melawan pasukan-pasukan ayahnya sejak 2 tahun yang lalu.

Pada tahun 1817 di Teluk betung oleh Belanda telah ditempatkan seorang asisten residen. Saat itu masih banyak terjadi gangguan dan perlawanan terhadap usaha- usaha dagang Belanda.

Setahun kemudian pada tahun 1818, Pemerintah Hindia Belanda menganggap untuk lebih baik mengalihkan pemerintahan sipil kepada seorang Penguasa sipil militer (Civielen Militair Gezaghebber) yang ditempatkan di Telukbetung tersebut guna lebih terjaminnya pengamanan.

Tahun 1847 kota Telukbetung dijadikan tempat kedudukan penguasa pemerintahan Belanda. Pada tahun 1850, kota Telukbetung telah dijadikan pusat pemerintahan Belanda untuk daerah Lampung dan di sana didirikan pula redoute berupa bangunan atau benteng-benteng pertahanan. 

Dengan Staatsblad No. 70/1873 yang membagi Keresidenan Lampung menjadi 6 afdeeling, maka Telukbetung adalah satu diantara 6 afdeeling itu dengan ibukotanya juga Telukbetung.

Setelah 7 tahun kemudian, lalu diubah melalui Staatsblad No. 88/1880 yang menetapkan bahwa Afdeeling Teluk betung dengan ibukotanya Tanjungkarang.

Kebijaksanaan ini membawa faktor keberuntungan karena 3 tahun kemudian pada tahun 1883 Kota Telukbetung porak poranda tenggelam ditelan gelombang laut besar akibat meletusnya Gunung Krakatau di Selat Sunda.

Selanjutnya terhitung sejak tanggal 1 Oktober 1912 dengan Staatsblad No. 1746/1912 Kota Telukbetung dijadikan sebagai ibukota Keresidenan Lampung.

Sedangkan kedudukan kepala Onderafdeeling Telukbetung yang daerahnya cukup luas pula di sekitar Teluk Lampung adalah tetap Tanjungkarang, yakni bagian dari Keresidenan Lampung itu.

Load More