Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Selasa, 24 Oktober 2023 | 08:10 WIB
Sejumlah anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) Mutiara Hijau Satu menanam bibit mangrove di pesisir Pasir Sakti, Lampung Timur. [Suaralampung.id/Agus Susanto]

SuaraLampung.id - Keberadaan hutan mangrove di pesisir Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung, memiliki manfaat langsung bagi nelayan setempat.

Pertengahan September 2023. Sebanyak 11 anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) Mutiara Hijau Satu berkumpul di dermaga Desa Purworejo, Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur.

Mereka sibuk menaikkan ribuan bibit pohon mangrove jenis Apiculate dan Stylosa ke atas lima unit perahu yang sudah menunggu sedari tadi.

Setelah rampung, para penggiat mangrove ini pun segera menaiki perahu berisi bibit mangrove itu lalu bergegas menuju hutan mangrove yang berjarak 2,5 kilometer.  

Baca Juga: Terlibat Curanmor, Anggota Polres Lampung Timur Dipecat

Sengatan matahari di tengah lautan tak membuat semangat mereka kendur. Satu misi harus tuntas hari itu: menanam ribuan bibit mangrove.

Penanaman ribuan bibit mangrove oleh KTH Mutiara Hijau Satu merupakan hasil kolaborasi dengan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) melalui anak usahanya, yakni PT Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatera (PHE OSES).

"Penanaman 10 ribu bibit mangrove ini program dari Pertamina PHE OSES. Kami diberdayakan dengan diberi dana untuk menyelesaikan penanaman," kata Ketua KTH Mutiara Hijau Satu Syamsudin.

Butuh waktu setidaknya 8 hari bagi Syamsudin dan kawan-kawan untuk menyelesaikan penanaman 10 ribu batang mangrove di lahan seluas 382 hektare.

Tak banyak upah yang mereka dapat dari menanam mangrove itu. Syamsudin mengatakan, pihak perusahaan memberi anggaran Rp2,5 ribu per bibit. Uang itu biaya pembelian bibit dan upah tanam.

Baca Juga: Gerebek Pasangan bukan Suami Istri di Kamar Kos, Penjaga Indekos di Batanghari Ditangkap Polisi

Walau upah sedikit, tapi tidak membuat Syamsudin cs mengeluh. Sebab bukan itu tujuan mereka. Kelestarian lingkungan adalah hal utama di benak mereka.

"Kalau dihitung keuntungan ya tidak sesuai tapi karena kami mencintai lingkungan maka menurut kami cukup dan kami suka bersinergi dengan Pertamina untuk melakukan program tersebut," jelas Syamsudin.

Keberadaan hutan mangrove ini menurutnya memberi manfaat sangat besar bagi nelayan dan menjadi solusi mengurangi pemanasan global.

Menurut Syamsudin, hutan mangrove memberi sumbangan sangat potensial untuk mengurangi emisi karbon dibanding hutan hujan tropis.

"Itu dari segi perbaikan alam. Segi ekonomi sangat membantu nelayan karena semakin banyak mangrove semakin banyak habitat laut seperti udang, ikan, kerang dan lainnya sehingga menjadi sumber penghasilan nelayan," ucap Syamsudin.

Untuk itu, dirinya sangat mendukung program PHE OSES dalam melestarikan hutan mangrove karena berdampak positif bagi lingkungan sekitar. 

Tidak hanya di pesisir Pasir Sakti, PHE OSES juga membantu pelestarian hutan mangrove di Desa Sriminosari, Kecamatan Labuhan Maringgai.

Ketua KTH Bina Lestari Zainal Arifin menuturkan, Pertamina PHE OSES sudah dua tahun berkontribusi dalam pengembangan tanaman mangrove di Desa Sriminosari.

Zainal mencatat PHE OSES menyumbangkan 20 ribu bibit mangrove di hutan mangrove yang dikelola kelompok taninya.

"Janji perusahaan tersebut akan menjadikan program berkelanjutan terkait dengan pengembangan hutan mangrove," kata Zainal.

Berkat bantuan PHE OSES, hutan mangrove seluas 500 hektare itu kini menjadi objek wisata yang cukup menarik. Wisatawan bisa menikmati berbagai unggas di sekitar hutan mangrove yang diberi nama wisata Pandan Alas itu.

Awal berdirinya hutan mangrove di Desa Sriminosari tersebut berawal dari peristiwa abrasi yang cukup besar pada 2013 lalu. Warga khawatir terjadi kerusakan lingkungan yang cukup parah dan berdampak pada areal pemukiman warga.

Kekhawatiran ini membuat beberapa warga menghibahkan tanahnya yang dekat dengan pesisir laut untuk dijadikan hutan mangrove guna menangkal kerusakan lingkungan yang lebih luas.

Kini keberadaan hutan mangrove itu membawa dampak positif bagi nelayan karena hasil tangkapan ikan menjadi berlimpah.

"Artinya jika semua pihak bisa bersinergi mengembangkan hutan mangrove bersinergi menjaga alam maka ke depan akan menjadi sebuah energi bagi masyarakat tentunya soal perekonomian," terang Zainal.

Kontribusi Melindungi Pantai dari Abrasi

Head of Comrel & CID PHE OSES Indra mengatakan, program pemberian bantuan bibit mangrove ini merupakan bentuk kontribusi pihak perusahaan dalam melindungi pantai dari abrasi.

Menurut dia, program ini sejalan dengan upaya Pertamina menurunkan emisi karbon di sekitar wilayah kerjanya termasuk di Lampung Timur.

"Kami juga mendukung SDG 13 dan 15 dengan melibatkan masyarakat sekitar untuk penanaman dan perawatan mangrove sebagai bentuk pemberdayaan," jelas Indra.

Indra mengatakan, ekosistem pesisirmampu mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan dibanding hutan daratan.

Ekosistem pesisir meliputi hutan mangrove, rawa payau, dan padang lamun, menjadi faktor penting yang diidentifikasi sebagai upaya mitigasi perubahan iklim.

"Mendengar wilayah pesisir memiliki potensi besar bisa memitigasi perubahan iklim dengan pelestarian mangrove maka kami akan memprogramkan jangka panjang menjaga mangrove pesisir Lampung Timur, karena pesisir tersebut masuk wilayah perusahaan kami," kata Indra.

Kontributor : Agus Susanto

Load More