Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Rabu, 26 Juli 2023 | 16:09 WIB
kebakaran hutan TNWK selalu terjadi di musim kemarau jelang musim penghujan. [ISTIMEWA]

SuaraLampung.id - Selama sepekan terakhir tiga wilayah hutan di Taman Nasional Way Kambas (TNWK), Kabupaten Lampung Timur, terbakar seluas 92 hektare.

Kebakaran terjadi di Seksi PTN wilayah I Way Kanan seluas 57 hektare dan Seksi PTN wilayah I PTN Way Kanan dan Way Bungur seluas 35 hektare.

Koordinator pemadam kebakaran Dicky  menduga kebakaran lahan di TNWK terjadi secara sengaja yang dilakukan oleh orang dengan tujuan tertentu.

Kata Dicky, pemadaman api dilakukan oleh anggota Polhut, mitra Balai TNWK dan beberapa masyarakat desa penyangga hutan TNWK.

Baca Juga: OKU Selatan Kian Dilanda Banjir Bandang, Akademisi Lingkungan Kritisi Alih Fungsi Hutan

"Kami sudah patroli hutan baik sebelum ada kebakaran dan paska terjadinya kebakaran, untuk memitigasi atau menekan angka kebakaran hutan," kata Dicky.

Dicky mengakui hampir setiap musim kemarau hutan TNWK terbakar namun lokasi yang terbakar bukan di pusat hutan melainkan di pinggir hutan. Mayoritas yang terbakar merupakan semak ilalang.

Diduga pelaku pembakaran lahan TNWK adalah para pemburu liar yang biasa beraksi di dalam hutan TNWK.

Mantan pemburu liar dalam hutan Way Kambas inisial KL warga Kecamatan Braja Selebah mengatakan kemarau merupakan momen dimana para pemburu melakukan pembakaran semak pinggiran hutan Way Kambas.

"Dulu waktu saya masih hobi berburu dengan kawan-kawan, kalau musim kemarau seperti ini cari lokasi pinggir hutan yang ilalangnya sudah kering untuk dibakar," kata Pria sepuh itu, saat ditemui Senin (24/7/2023).

Baca Juga: GAPKI Ingatkan Kebakaran Hutan Tidak Identik dengan Kebun Sawit

Ketika semak sudah terbakar dan musim hujan tiba, menurut KL, lokasi hutan yang terbakar akan ditumbuhi rumput hijau. Ini menjadi tempat bagi menjangan mencari makan. Ketika menjangan berkumpul mencari makan di lokasi itu, barulah para pemburu liar beraksi. 

"Ketika musim hujan tiba, kami sering masuk malam hari dengan membawa senapan gejlok, ada yang bawa anjing. Tapi itu pengalaman saya 10 tahun silam," ucap KL.

Kontributor : Agus Susanto

Load More