Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Selasa, 14 Juni 2022 | 16:05 WIB
Ilustrasi Omicron Variant Covid-19. Kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 terus bertambah. [pixabay/Geralt]

SuaraLampung.id - Jumlah kasus COVID-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 terus bertambah hingga kini sudah mencapai 20 kasus. 

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Mohammad Syahril melaporkan jumlah kasus terbaru subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 bertambah 12 kasus dari laporan sebelumnya yang berjumlah delapan kasus.

BA.4 dan BA.5 di Indonesia bermula dari laporan empat kasus di Bali pada 6 Juni 2022 dan bertambah empat kasus lagi di Jakarta dalam beberapa hari kemudian.

Secara terpisah, Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan laju penularan BA.4 dan BA.5 di Indonesia diperkirakan naik lima kali lipat dalam beberapa hari terakhir.

Baca Juga: Kementerian Kesehatan: Jumlah Kasus Terbaru Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia Sudah 20 Kasus

Informasi terbaru dari European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC) yang dirilis per Senin (13/6) menyebutkan BA.4 dan BA.5 kali pertama ditemukan di Afrika Selatan pada Januari dan Februari 2022.

Menurut Tjandra BA.4 dan BA.5 adalah bagian dari Omicron clade (B.1.1.529). ECDC meningkatkan klasifikasi BA.4 and BA.5 dari Variants of Interest menjadi Variants of Concern (VOC) pada 12 Mei 2022.

"Diperkirakan akan menjadi dominan di Eropa dalam minggu-minggu mendatang," ujarnya.

Tjandra yang juga mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu mengatakan potensi peningkatan kasus tergantung pada proteksi imunitas yang berkaitan dengan cakupan dan kapan waktu vaksinasi sebelumnya.

"Untuk tenaga kesehatan kita sudah dibooster lebih dari 6 bulan yang lalu. Kenaikan kasus juga dipengaruhi landscape dari gelombang yang lalu," katanya.

Baca Juga: Ditemukan di Afrika Selatan, Ini Daftar Negara yang Terserang Omicron BA.4 dan BA.5

Secara umum, kata Tjandra, tidak ada bukti ilmiah yang menyebutkan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 menimbulkan sakit yang lebih parah dari varian pendahulunya. "Tapi harus amat diwaspadai peningkatan hospitalisasi pada mereka yang berusia di atas 60 atau 65 tahun," katanya.

ECDC hingga kini masih mengumpulkan data tentang efektivitas obat monoclonal antibodies (mAb) pada pasien BA.4 dan BA.5. "Tetapi sejauh ini nampaknya efeknya sedikit menurun atau tetap saja," katanya. (ANTARA)

Load More