Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Rabu, 17 November 2021 | 08:10 WIB
Sri Martini, sukarelawan Sahabat Jiwa yang menangani ODGJ di Bandar Sribhawono, Lampung Timur. [ISTIMEWA]

SuaraLampung.id - Mengemban tugas menangani orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) tidaklah mudah bagi Sri Martini, seorang pegawai di Puskesmas Bandar Sribhawono, Lampung Timur

Sejak didapuk di bagian Program Kesehatan Jiwa di Puskesmas Bandar Sribhawono, Lampung Timur, pada tahun 2018, Sri Martini menghabiskan sebagian besar waktunya berinteraksi dengan ODGJ. 

Tercatat ada 117 pasien ODGJ yang berobat jalan di Puskesmas Bandar Sribhawono, Lampung Timur, ketika perempuan 46 tahun ini pertama kali masuk di Program Kesehatan Jiwa.

Bagi Sri Martini yang berlatar belakang bidan ini, pasien ODGJ mesti bisa menghilangkan ketergantungannya terhadap obat. Maka ia memutuskan menerapkan terapi psikologis bagi pasien ODGJ di Puskesmas Bandar Sribhawono. 

Baca Juga: Sungai Way Sekampung Meluap, 425 Ha Tanaman Padi Terendam Banjir

Sadar tidak bisa sendiri, Sri Martini membentuk organisasi bernama Sahabat Jiwa di akhir tahun 2018. Sahabat Jiwa menjadi wadah bagi relawan untuk menangani ODGJ.

Anggota Sahabat Jiwa adalah pegawai Puskesmas Kecamatan Bandar Sribhawono, yang dibantu anggota Program Keluarga Harapan (PKH) secara sukarela.

Setiap Sabtu, Sahabat Jiwa menggelar kegiatan di Puskesmas Bandar Sribhawono. Mereka mengajarkan ODGJ bersosialisasi, saling berdiskusi ringan, dan memberikan keterampilan menyesuaikan bakat.

"Diskusi ringan kami lakukan dengan tujuan agar pola pikirnya berjalan tidak terlalu halusinasi, agar aktif berbicara, meskipun butuh waktu lama tapi perkembangan cukup bagus," kata Sri.

Ide awal terbentuknya Sahabat Jiwa adalah dari seorang ODGJ bernama Mugiono. Mugiono sering mengalami halusinasi. Ia takut dengan kematian, kiamat, neraka.  

Baca Juga: 150 Ribu Lahan Rusak Akibat Tambang Pasir di Pasir Sakti, Pemda Lakukan Hal Ini

Dianggap mengalami gangguan jiwa, Mugiono dibawa ke Puskesmas Bandar Sribhawono untu berobat. Setiap bulannya, Mugiono datang ke puskesmas mengambil obat. 

Di situlah Sri bertemu Mugiono. Sri sering mengajak Mugiono berbincang. Hasil ngobrol dengan Mugiono dan beberapa pasien ODGJ, Sri berkesimpulan bahwa pasien ODGJ tidak hanya butuh obat tapi juga terapi psikologis. 

Ia memulai dari Mugiono. Didatanginya rumah Mugiono. "Saat saya masuk ke dapur, Mugiono sedang membantu ibunya motong sayuran seperti masih anak anak. Padahal saat itu usia Mugiono 19 tahun," kata Sri Martini.

Sri Martini bertanya ke Mugiono mengenai keinginannya saat itu. Mugiono mengaku ingin kerja mencari uang. Demi bisa mendekati Mugiono, Sri memberi Mugiono pekerjaan sebagai pembuat batako di rumahnya. 

Organisasi Sahabat Jiwa fokus pada terapi psikologis bagi ODGJ di Bandar Sribhawono, Lampung Timur. [ISTIMEWA]

"Sebenarnya hal itu untuk memulai melakukan terapi psikolognya. Selama tiga hari saya kasih upah sehari Rp 90 ribu, meskipun dia kerja semaunya," ujar Sri Martini.

Sri rajin mengajak Mugiono ngobrol dan berinteraksi. Cara ini ternyata membuahkan hasil. Perlahan, kondisi kejiwaan Mugiono mulai pulih. Inilah yang membuat Sri berinisiatif membentuk Sahabat Jiwa. 

"Inspirasi kami membentuk Sahabat Jiwa setelah fokus menangani Mugiono. Alhamdullillah saat ini Mugiono sudah bisa membantu kakaknya bekerja sebagai buruh bangunan," terang Sri Martini.

Saat ini hasil dari program Sahabat Jiwa, penyintas ODGJ bisa terampil membuat pot bunga dari barang bekas seperti botol kaca, bunga dari gelas air mineral, dan sebagainya.

Namun , Sri menegaskan tujuan utama Sahabat Jiwa bukan membuat ODGJ bisa terampil dan menghasilkan uang. Tujuan utamanya ialah menormalkan atau menyetabilkan pikiran ODGJ dan tidak lagi merepotkan keluarga minimal bisa mengatur dirinya sendiri.

Hasil dari keterangan keluarga ODGJ kata Sri, penyebab gangguan jiwa bermacam-macam. Ada yang karena ditinggal orang tuanya kecelakaan, ada juga yang tekanan dari keluarga, ada yang lagi merantau ditinggal istrinya nikah lagi dan ada yang merantau pas pulang uangnya dihabiskan oleh suami atau keluarga nya di rumah.

"Ya rata rata seperti itu penyebab penyintas ODGJ di Kecamatan Bandar Sribhawono, didominasi persoalan keluarga," kata Sri Martini.

Kontributor: Agus Susanto

Load More