SuaraLampung.id - Nelayan di pesisir Lampung Timur mengeluhkan susahnya mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar untuk bahan bakar kapal.
Di pesisir Lampung Timur memang sudah ada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) di Desa Muara Gadingmas. Namun jumlah kuota BBM solar di SPBN ini tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan seluruh nelayan di pesisir Lampung Timur.
Jumlah kapal nelayan di Pesisir Lampung Timur sekitar 1.700 kapal. Setiap harinya kapal-kapal ini menghabiskan 14 ton BBM solar. Sementara kuota SPBN di Muara Gadingmas hanya 8 ton per hari.
Alhasil banyak nelayan di Pesisir Lampung Timur yang memilih membeli solar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Sementara beberapa hari belakangan ini BBM solar di sejumlah SPBU di Lampung Timur sulit didapat. Ini membuat para nelayan di Lampung Timur tidak melaut.
Taufik (41), nelayan di Desa Muara Gadingmas, Kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung Timur, mengaku sudah lima hari belum mendapatkan solar.
"Kesulitan sudah saya alami dua pekan ini, sementara saya sudah menunggu selama lima hari untuk mendapatkan solar, dari SPBU Mataram Baru," kata Taufik, Minggu (31/10/20210).
Taufik mengaku setiap berlayar membutuhkan solar sebanyak seribu liter untuk kapal ukuran 11 GT. Seribu liter bisa digunakan selama 10 hari berlayar.
Pria 41 tahun ini mengaku tidak pernah membeli solar di SPBN karena tidak pernah kebagian. Ia memilih membeli solar di SPBU.
Baca Juga: Truk Masuk Jurang akibat Kelangkaan Solar
"Beli di SPBU harus mengeluarkan biaya tambahan sebagai biaya jasa ojek," kata Taufik.
Ongkos jasa ojek mengambil solar di SPBU satu liternya Rp 500. Sekarang karena solar susah hingga mengantre lama, kata dia, ongkos jasa ojek naik menjadi Rp 700 per liter.
"Mau tidak mau harus ikut peraturan koordinator. Kenapa saya bilang koordinator karena soal pembelian solar ada yang mengkoordinir," ucap Taufik.
Wakil Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Lampung Timur Andi Baso membenarkan sebagian nelayan banyak yang membeli solar di SPBU karena SPBN Muara Gadingmas tidak mampu menyuplai 1.400 kapal yang ada.
"Bukan berarti SPBN tidak melayani nelayan, tapi kuota solar yang dikirim tidak mencukupi untuk semua nelayan pesisir Lampung Timur," ungkap Andi Baso.
Seharusnya dengan kondisi seperti itu, pemerintah bisa memberikan solusi dengan menambah keberadaan SPBN, agar nelayan tidak kesusahan membeli di SPBU yang tentu harus menambah biaya karena menggunakan jasa ojek.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Tinggal Jay Idzes, Mohon Maaf Pintu Klub Sudah Ditutup
- Kisah Pilu Dokter THT Lulusan UI dan Singapura Tinggal di Kolong Jembatan Demak
- Resmi! Thijs Dallinga Pemain Termahal Timnas Indonesia 1 Detik Usai Naturalisasi
- 32 Tahun Bungkam, Mantan Suami Ancam Bongkar 'Kartu AS' Yuni Shara Usai Dituduh KDRT
- Makin Menguat, Striker Cetak 3 Gol di Serie A Liga Italia Dinaturalisasi Bersama Mauro Zijlstra
Pilihan
-
Persija Jakarta Bisa Lampaui Persib di Super League 2025/2026? Eks MU Beri Tanggapan
-
Tiga Hari Merosot Tajam, Harga Saham BBCA Diramal Tembus Segini
-
Fungsi PPATK di Tengah Isu Pemblokiran Rekening 'Nganggur'
-
Fenomena Rojali & Rohana Bikin Heboh Ritel, Bos Unilever Santai
-
Harga Emas Antam Terjun Bebas Hari Ini
Terkini
-
Misteri Mayat Berjaket Merah di Natar Terjawab: Pegawai Koperasi Dijerat Tali Lalu Dibuang
-
Pelarian Mafia Tanah Akhirnya Tamat, Diciduk Tim Tabur Saat Sembunyi di Jati Agung
-
BRI Torehkan Laba Rp26,53 Triliun, Bukti Penguatan Fundamental dan Strategi Tepat
-
Misteri Mayat Berjaket Merah Terapung di Sungai Natar, Posisi Tangan Terlipat Jadi Sorotan
-
Ketua & Bendahara KONI Lampung Tengah Tilep Dana Pembinaan Atlet Rp1,14 Miliar