SuaraLampung.id - Gereja Katolik pertama yang secara resmi memulai aktivitas keagamaannya di Lampung ialah Gereja Katedral Kristus Raja di Kota Bandar Lampung.
Gereja Katedral Kristus Raja didirikan pada tahun 1928. Pendirinya ialah seorang pastor Katolik berkebangsaan Belanda bernama H.J.D. van Oort dari Kongegrasi SCJ (Sacro Corde Jesu, Serikat Hati Kudus Yesus).
Pastor H.J.D. van Oort diutus untuk pergi ke Lampung dan kemudian mendirikan sebuah gereja Katolik di Tanjung Karang, persisnya di seberang Stasiun Kereta Api Tanjung Karang, yang diresmikan pada 16 Desember 1928.
Gereja yang didirikan oleh Pastor van Oort ini lantas berkembang menjadi katedral ini yang kemudian menjadi pusat bagi semua kegiatan penyebaran Injil yang dilakukan oleh Gereja Katolik di Lampung (Budhiatmaja, et.al., 2004:8).
Sebelum dikirim ke Lampung, Pastor van Oort bertugas di Palembang dan dikenal telah mendirikan banyak stasi atau perkumpulan umat di sana.
Kurang lebih dalam tiga tahun pertama kegiatan Gereja Katolik masih terfokus di Tanjung Karang dan Teluk Betung saja yang notabene merupakan pusat pemerintahan Karesidenan Lampung.
Namun peta demografi Lampung yang semakin dipenuhi oleh para kolonis dari Jawa tentu menjadi tempat yang dinilai tepat untuk meluaskan jangkauan penyebaran agama Katolik yang tidak terbatas hanya di kawasan perkotaan saja.
Hal ini bisa didasarkan pada berkembangnya penyebaran Injil di kalangan orang-orang Jawa, terutama yang terpusat di Muntilan, Jawa Tengah dan Yogyakarta (Steenbrink, 2003:213-218).
Pada 1931 Gereja Katolik memasuki kawasan kolonisasi dengan mendirikan HIS (Hollandsche Inlandsche School), sekolah menengah untuk kaum bumiputra di Gedong Tataan.
Baca Juga: Ditegur Mendagri Belum Bayar Insentif Nakes, Ini Kata Pemkot Bandar Lampung
Selain itu di Gisting juga didirikan sekolah pertanian, menyesuaikan dengan kawasan tersebut yang dipenuhi perbukitan serta perkebunan kopi (Steenbrink, 2007:352-354).
Sebelumnya otoritas gereja melalui Pastor van Oort meminta izin terlebih dahulu kepada Barkmeyer sebagai pemimpin proyek kolonisasi dan Residen Lampung Rookmaker untuk di wilayah tersebut (Provinsial SCJ Sumatera Selatan, 12).
Hingga 1940 tercatat ada 1.831 penganut Katolik di Lampung yang berasal dari kelompok bumiputra.
Mereka tersebar antara lain di Karangsari-Pasuruan (Kalianda), Metro, Pringsewu, dan Tanjung Karang yang sekaligus sudah resmi berdiri sebagai paroki (Endrayanto, 2012:40).
Salah satu faktor utama bagi perkembangan signifikan Gereja Katolik di Lampung adalah pelayanan sosial yang mereka lakukan khususnya dalam bidang kesehatan dan pendidikan.
Selain mendirikan HIS, sebelumnya Gereja Katolik juga mendirikan HCS (Hollandsch Chinese School) di Teluk Betung pada 1929.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bukan Jay Idzes, Pemain Keturunan Indonesia Resmi Gabung ke AC Milan Dikontrak 1 Tahun
- Roy Suryo Desak Kejari Jaksel Tangkap Silfester Matutina: Kalau Sudah Inkrah, Harus Dieksekusi!
- Skincare Reza Gladys Dinyatakan Ilegal, Fitri Salhuteru Tampilkan Surat Keterangan Notifikasi BPOM
- Selamat Datang Jay Idzes! Klub Turin Buka Pintu untuk Kapten Timnas Indonesia
- Jelajah Rasa Nusantara dengan Promo Spesial BRImo di Signature Partner BRI
Pilihan
-
Daftar 5 Sepatu Lokal untuk Lari Harian, Nyaman dan Ringan Membentur Aspal
-
Aremania Wajib Catat! Manajemen Arema FC Tetapkan Harga Tiket Laga Kandang
-
Kevin Diks Menggila di Borussia-Park, Cetak Gol Bantu Gladbach Hajar Valencia 2-0
-
Calvin Verdonk Tergusur dari Posisi Wingback saat NEC Hajar Blackburn
-
6 Smartwatch Murah untuk Gaji UMR, Pilihan Terbaik Para Perintis 2025
Terkini
-
Ini Klarifikasi BRI Mengenai Pemblokiran Rekening Pasif oleh PPATK
-
Kelebihan Tukar Tambah HP Terbaru Di Blibli
-
Usaha Pakan Ternak di Ponorogo Berkembang Berkat Akses KUR BRI
-
Telan Dana Rp 12 M, Gedung 10 Lantai Khusus Penyakit Dalam di RSUD Dadi Tjokrodipo Dibangun
-
BRI Dukung UMKM Aiko Maju Atasi Tantangan Suplai Dapur Umum MBG di Kepulauan Siau