“Maka, sebagai organisasi jurnalis yang peduli lingkungan, SIEJ Simpil Lampung mendorong, setiap pihak terutama Balai TNWK terbuka ketika ada suatu peristiwa. Supaya, publik menerima informasi yang utuh. Sehingga, tercipta kesadaran akan perlindungan gajah,” kata Derri.
Salah satu peserta diskusi, koordinator Wildlife Conservation Society Sugio mengatakan, sebenarnya ada beberapa desa penyangga yang sudah menemukan cara untuk hidup berdampingan dengan gajah.
“Ada desa di Lampung Timur yang menerapkan ekowisata. Jadi, kedatangan gajah ke perkampungan mereka justru dijadikan objek wisata edukasi satwa liar,” kata Sugio.
Menurut Sugio, pada waktu-waktu tertentu, warga membuka jalur wisata dengan mengajak wisatawan untuk melihat gerombolan gajah liar dari kejauhan.
Baca Juga:Momen HUT ke-78 RI, 3 Wisatawan Meninggal Terseret Ombak di Pantai Lampung Selatan
Wisatawan juga dapat menyaksikan secara langsung, bagaimana warga yang berpatroli berupaya menghalau gajah agar masuk kembali ke dalam kawasan.
“Dengan begitu, warga merasakan dampak positif yakni pertumbuhan ekonomi. Sebab, beberapa warga menyewakan penginapan dan paket wisata edukasi,” ujar Sugio.