Yanti juga mengakui penurunan produksi hasil tangkap rajungan berangsur menurun penyebabnya yakni maraknya jaring trol yang bebas beroperasi di wilayah Laut Lampung Timur, dan banyak nelayan trol dari wilayah jawa ke pesisir Lampung Timur.
Direktur Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan, Drama Panca Putra mengatakan kalau sumberdaya menurun pasti habitat ekosistemnya terganggu dan itu disebabkan exsploitasinya tidak tepat, misal seperti jaring trol dan bom ikan.
Drama juga mengakui jaring trol marak di wilayah Lampung terutama yang menjadi sorotan pesisir Lampung Timur. Drama sebenarnya sudah lama trol di larang dan sudah berkali kali di lakukan oprasi, dan sebenarnya sudah ada alat tangkap sejenis trol nama nya pukat ikat dan jaring tersebut bisa di gunakan tapi harus di bawah 12 mil dari bibir pantai.
"Kalau jaring trol memang bisa mengeruk habitat laut dalam ukuran sangat kecil bahkan telur telur ikan dan sejenisnya bisa terjaring sehingga berdampak pada berbagai habitat laut".Ujar Drama.
Baca Juga:Di Sumsel Tak Ditemukan Historis Ganja Untuk Pangan, Sebagai Obat Lebih Mengenal Candu
Pada prinsipnya, kata Drama, Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan terus menghimbau semua nelayan untuk tidak menggunakan trol dan akan terus melakukan oprasi, terutama daerah daerah rawan jaring trol seperti wilayah Lampung Timur.
"Hasil pantauan kami pesisir Labuhan Maringgai ini menjadi perhatian kami, jika dengan cara persuasif tetap tidak bisa di indahkan akan kami lakukan oprasi besar nanti". Tegas Direktur Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan, Drama Panca Putra.
Sementara persoalan menurunnya harga rajungan hingga 50 persen, Anggota DPR RI dari Komisi IV, Hanan A Razak, hanya memberikan penjelasan bahwa penurunan harga hanya mekanisme pasar.
Dan rajungan merupakan makanan yang banyak di konsumsi oleh orang orang yang masuk ekonominya menengah ke atas. Dan jika tingkat penikmat rajungan menurun tentu berdampak pada pasar, dan rajungan tidak bisa di simpan dalam waktu lama seperti komoditas pertanian maka resikonya tetap harus di jual dengan harga rendah jika pasar nasional melemah.
Rajungan menurutnya makanan tingkat ekspor masuk pasar nasional, jika permintaan ekspor menurun tentu dijual di pasar lokal yang harganya pun tidak bisa menyamai dengan pasar ekspor.
Baca Juga:Tata Niaga Bokar di Sumsel Picu Monopoli, KPPU: Dikendalikan Asosiasi
"Persoalan nya apa jika terjadi permintaan pasar ekspor menurun kami juga belum memahami. Namun kalau soal Trol tadi itu menjadi atensi utama bagi instansi terkait".Kata Politisi Golkar itu. (Agus Susanto).