Masa pandemi yang dimulai pada tahun 2020 menjadi tantangan tersendiri bagi semua orang, tak terkecuali para sineas Indonesia. Di tengah situasi yang cenderung membuat frustrasi, mereka mencoba untuk beradaptasi dan semakin menyadari pentingnya berkolaborasi.
“Ketika menghadapi tantangan yang semakin besar, seperti pandemi ini, kita harus berkolaborasi dan saling bertukar ide karena kita gak bisa menghadapinya sendirian,” ujar Shanty.
Di sisi lain, Produser Palari Films, Muhammad Zaidy (Eddy) berpendapat bahwa situasi pandemi bisa menjadi penanda zaman, “Ada dua jenis film yang dapat dilihat dari zamannya; film setelah Perang Dunia II dan film yang lahir setelah atau saat pandemi COVID-19. Saya rasa itu juga menjadi sebuah penanda bagaimana karya-karya itu dikenal dan mungkin kita bisa mengidentifikasinya di kemudian hari.”
Eddy pun menyampaikan rasa terima kasihnya terhadap streaming platform yang “ketika di masa-masa sulit, filmmaker dapat terbantukan karena kami punya platform untuk tetap berkarya.”
Baca Juga:Kisah Keberanian Tentara Pelajar Korea, Ini 7 Fakta Film 71: Into the Fire
Dia juga menambahkan bahwa bioskop dan streaming platform harus hidup berdampingan dan para sineas harus bisa beradaptasi.
Para sineas merasa optimistis terhadap masa depan industri film Indonesia. Mereka berharap ke depannya lebih banyak sekolah film yang berdiri untuk melahirkan sineas muda, lebih banyak perempuan yang bekerja di industri film dan cerita tentang perempuan, serta terciptanya lingkungan yang aman bagi para pekerja film di industri ini.
Selain itu, Ernest juga berharap semakin banyak penonton yang menghargai hasil kerja keras para sineas Indonesia dengan tidak menonton karya di platform bajakan. Ia juga menilai platform streaming dapat membantu untuk meningkatkan solidaritas dan apresiasi terhadap film-film Indonesia. (ANTARA)