SuaraLampung.id - Swedia tetap mempertahankan prinsipnya untuk tidak bergabung ke aliansi militer manapun termasuk NATO.
Keputusan ini diambil Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson setelah adanya desakan oposisi untuk mempertimbangkan Swedia bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Desakan itu muncul setelah Ukraina diserang oleh Rusia.
PM Andersson menyatakan bahwa untuk saat ini permohonan untuk menjadi anggota NATO akan mengganggu keamanan di Eropa.
Baca Juga:Biaya Operasi Militer Rusia di Ukraina Diperkirakan Capai Rp288 Triliun per Hari
Swedia sejak 1814 belum pernah terlibat dalam peperangan. Kebijakan luar negeri yang dibangun negara itu adalah bahwa Swedia tidak bergabung dengan aliansi-aliansi militer.
Namun demikian, Swedia dalam beberapa tahun belakangan ini membina hubungan yang lebih dekat dengan NATO saat ketegangan dengan Rusia di kawasan Baltik meningkat.
Invasi oleh Rusia, yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus", telah memunculkan kembali desakan agar Swedia bergabung dengan NATO. Desakan serupa dialami oleh Finlandia, yang juga bukan merupakan anggota aliansi tersebut.
"Kalau Swedia memilih menyampaikan permohonan untuk bergabung dengan NATO dalam situasi saat ini, langkah itu akan semakin menimbulkan destabilisasi di kawasan Eropa serta meningkatkan ketegangan," kata Andersson kepada para wartawan.
"Sudah saya jelaskan selama ini bahwa yang terbaik bagi keamanan Swedia dan keamanan kawasan Eropa adalah pemerintah memiliki kebijakan jangka panjang yang konsisten dan bisa diprediksi, dan itu yang terus saya yakini," ujarnya.
Baca Juga:Kabar Baik, Pemprov Kaltim Sebut Tak Ada Warga Benua Etam yang Ada di Ukraina: Alhamdulillah
Rusia tidak menginginkan Swedia maupun Finlandia menjadi anggota NATO.
Pada Februari, Moskow mengeluarkan peringatan terbaru bahwa negara-negara itu akan menghadapi "konsekuensi berat secara militer-politik" jika bergabung dengan aliansi tersebut. (ANTARA)