"Bagaimana anda kehebatan anda sebagai seorang presiden, seorang menteri agama, seorang tokoh, anda bisa menjalin hubungan baik dengan sesama tanpa buat keruh di dalam agama sendiri. Ini bijak. Itu baru istimewa," tuturnya.
Menurut Buya Yahya, kritik ini tidak hanya ditujukan untuk Menteri Agama tapi untuk semua umat Islam.
"Ini kritik buat diri kita dan anda semuanya. Saya tidak mengatakan kepada Menteri Agama dan sebagainya. Ini rumusnya jangan anda mesra dengan agama lain tapi dengan agama kita kita bikin keruh bikin masalah," ucapnya.
Buya Yahya mengatakan, alangkah banyaknya kalimat yang diucapkan dengan tujuan baik namun karena kurang kecerdasan membuat rumah sendiri jadi berantakan.
Baca Juga:Soal Agama Baha'i di Pati, Politisi PKB: Harus Taat Aturan!
"Apakah ini menjadi sebuah kebaikan? Biar tujuannya baik menjadi tidak baik karena membuat keresahan. Kami berdoa semoga siapa pun yang mengurusi negara ini tidak mengakibatkan kegelisahan," tuturnya.
Buya Yahya kembali mengingatkan bahwa ada rambu-rambu yang sudah digariskan dalam Islam dalam menjalin hubungan dengan umat agama lain.
"Tidak ada toleransi dalam Islam. Karena toleransi tidak pantas diterapkan dalam Islam. Di agama lain mungkin ada toleransi. Yang ada dalam Islam lebih dari toleransi, kewajiban," tegas Buya Yahya.
"Jadi umat Islam kami imbau semuanya jangan takut Islam dianggap jelek, dianggap tidak tolerir," ujarnya.
"Mesra hubungan dengan umat agama lain ga ada masalah. Justru semakin masalah dengan hal-hal begini oleh tokoh-tokoh yang seolah sok tolerir sehingga kesimpulannya yang tidak berani ucapkan maka dia tidak tolerir," lanjut Buya Yahya.
Baca Juga:Pro Kontra Menag Ucapkan Hari Raya Agama Bahai, MUI Sumbar: Ajaran Sesat
Buya Yahya memberi pesan kepada Menag agar dalam mengucapkan sesuatu harus ditimbang terlebih dahulu.
"Kami imbau menag tanggapi dengan ilmu dengan sejuk. Kami imbau bapak menteri kalo ingin mencetuskan sesuatu harus ditimbang. Jangan sampai ingin berbuat baik dengan agama lain jangan sampai ada umat Islam merasa risih dan sedih. Apa artinya kita manja-manja dengan orang di luar akan tetapi ternyata kita tidak manis dengan yang ada di dalam," jelas Buya Yahya.