SuaraLampung.id - Tim Observatorium Astronomi ITERA Lampung (OAIL) berhasil merekam proses Gerhana Bulan Total, yang terjadi pada Rabu, 26 Mei 2021. Puncak Gerhana Total berhasil direkam melalui teleskop berjenis Refraktor yaitu Baride Optics dengan panjang fokus 900 mm dan diameter 102 mm, f/8.8) dengan kamera DSLR Canon 5D Mark IV pada pukul 18.19.
Dari foto yang tertangkap dari teleskop yang digunakan tersebut Bulan tampak berwarna kemerahan, dengan sedikit bayangan, pada fase puncak Gerhana Bulan Total.
Pengamatan dilakukan oleh para peneliti ITERA yang terdiri dari dosen, laboran, serta para mahasiswa yang tergabung dalam komunitas astronomi Lampung (KALA) di Stasiun Pengamatan Bulan Internasional ITERA atau Astelco Lunar Sighting Station (ALTS-7) di kampus ITERA.
Dalam pengamatan Gerhana Bulan Total, OAIL ITERA menggunakan empat teleskop, yaitu teleskop utama berjenis Refraktor yaitu Baride Optics dengan panjang fokus 900 mm dan diameter 102 mm, f/8.8), teleskop Lunt 80ed yang digunakan khusus untuk penelitian dosen, serta 2 teleskop Baride Optics manual yang digunakan para mahasiswa untuk mengamati Gerhana Bulan.
Baca Juga:Fakta-fakta Gerhana Bulan Total yang Terjadi 195 Tahun Sekali
Pengamat OAIL, Aditya Abdillah Yusuf, S.Si., menyampaikan, diawal pengamatan Gerhana Bulan Total, para peneliti sempat mengalami kendala, karena langit sempat tertutup awan. Namun, saat menjelang puncak Gerhana Bulan, langit mulai cerah, sehingga tidak menutupi pengamatan.
Sementara Dosen Sains Atmosfer dan Keplanetan ITERA, Hendra Agus Prastyo, S.Si., M.Si. yang juga mengamati dan meneliti proses terjadinya gerhana menyampaikan, dalam pengamatan fenomena Gerhana Bulan Total, tim peneliti ITERA melakukan pengambilan citra Bulan dalam berbagai filter (U, B, V, R, I) dan mengukur perubahan kecerlangan langit selama terjadinya GBT.
Citra Bulan yang diambil dari berbagai filter digunakan untuk menghasilkan kurva cahaya pada panjang gelombang yang berbeda, sehingga bisa diketahui filter mana yang optimal digunakan untuk pengamatan gerhana bulan.
“Sementara untuk data perubahan kecerlangan langit kami gunakan untuk mengetahui pengaruh perubahan cahaya Bulan selama terjadinya Gerhana Bulan Total terhadap langit malam yang mempengaruhi kenampakan objek astronomi lain, data ini sangat mendukung penelitian di bidang astronomi yang kami lakukan,” ujar Hendra dikutip melalui siaran pers.
Hendra menambahkan, Gerhana Bulan Total malam ini merupakan Gerhana Bulan Total pertama di tahun 2021 dan Bulan berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi, sehingga diameter sudut Bulan relatif lebih besar dibandingkan purnama pada umumnya. Gerhana bulan akan terjadi lagi pada 19 November 2021, yaitu Gerhana Bulan Sebagian.
Baca Juga:Wali Kota Makassar Salat Gerhana Bulan di Atap Rumah, Berdoa Bebas Covid-19
Terkait Gerhana Bulan yang terjadi, Hendra menyebut, fenomena astronomi tersebut tidak ada dampak yang signifikan akibat terjadinya Gerhana Bulan Total.
“Harapan kami, dari fenomena astronomi yang terjadi ini, masyarakat menjadi lebih memahami fenomena Gerhana Bulan Total secara ilmiah, dan akan banyak penelitian yang dihasilkan dari fenomena ini,” ujar Hendra, di sela pengamatan.