SuaraLampung.id - Mengonsumsi obat diabetes ternyata bisa menurunkan berat badan. Kesimpulan ini didapat dari hasil penelitian yang dipimpin peneliti utama, Profesor John Wilding.
John mengatakan temuan tim penelitianya menunjukkan bahwa obat antidiabetes, semaglutide, bisa membantu menurunkan berat badan dan perbaikan komposisi tubuh yang berpotensi mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan stroke.
Studi langkah 1 melibatkan 1.961 orang dewasa dengan indeks massa tubuh (BMI) 27 atau lebih tinggi, yang artinya mereka diklasifikasikan pada kelompok kelebihan berat badan.
Semua peserta pun memiliki setidaknya satu kondisi kesehatan terkait berat badan, tapi tidak termasuk diabetes.
Baca Juga:Temuan Baru, Obat Diabetes Bisa Bantu Luruhkan Lemak Perut
Peserta penelitian secara acak ditugaskan menyuntikan 2,4 mg semaglitude atau plasebo pada tubuhnya sendiri sekali seminggu selama 68 minggu.
Sebelumnya dilansir dari Express, Food and Drug Administration AS telah menyetujui semaglitude dengan dosis lebih rendah 1 mg setiap minggu untuk mengobati diabetes tipe 2.
Obat ini adalah versi sintetis dari hormon glukagon-like peptide 1 (GLP1) yang terjadi secara alami. Obat ini bekerja memengaruhi pusat nafsu makan di otak dan usus sehingga menghasilkan perasaan kenyang.
Perlu dipahami pula bahwa lemak diukur dengan dual-energy absorptiometry (DEXA), teknik yang menilai komposisi tubuh, lemak tubuh dan lemak di area perut.
Para peneliti mencatat bahwa peserta yang diberi semaglutide mengalami perbaikan komposisi tubuh, lemak tubuh dan lemak perut berkurang.
Baca Juga:Perempuan Obesitas dengan PCOS 3 Kali Lebih Berisiko Alami Diabetes Tipe 2
Karena, berat badan semakin berkurang maka semakin besar pula peningkatan komposisi tubuhnya.
Hasil yang dipublikasikan di The New England Journal of Medicine, menunjukkan bahwa partisipan yang menyuntikkan semaglutide bisa kehilangan berat badannya rata-rata 15 persen di akhir percobaan.
Berbeda dengan kelompok yang mendapat plasebo, mereka hanya kehilangan lemak rata-rata 2,4 persen setelah setahun.
Selain itu, peserta yang berhasil menurunkan kadar lemak juga mengalami peningkatan faktor risiko penyakit jantung, diabetes dan kualitas hidup.
Sepanjang sejarah, penelitian telah mengidentifikasi berbagai tujuan obat yang pernah dibuat untuk mengatasi penyakit tertentu.
Misalnya, sildenafil citrate yang pertama kali ditemukan untuk mengobati tekanan darah tinggi dan angina (nyeri dada).
Setelah uji klinis pada 1990-an, para peneliti mengidentifikasi bahwa itu bisa membuat pria ereksi. Karena itu, akhirnya viagra menjadi obat yang dibuat untuk mengatasi disfungsi ereksi.