SuaraLampung.id - Ternyata bukan hanya orang dewasa yang bisa mengalami anemia. Anak-anak sekalipun bisa mengalami anemia, lho. Terutama anak yang lahir dari ibu hamil yang mengalami anemia. Hal ini dikatakan oleh dr. Nurul Ratna Mutu M. Gizi Sp. GK. dalam sebuah webinar beberapa waktu lalu. Ia menyampaikan bahwa penyebab anemia kebanyakan karena defisiensi atau kekurangan zat besi.
"Di dunia, 47 persen anak mengalami anemia. 60 persen di antaranya karena defisiensi zat besi. Artinya bisa dikoreksi dari bahan makanan sehari-hari," kata dr. Nurul.
Nurul menjelaskan, masa kritis anak mengalami anemia bisa berlanjut saat usianya 6 bulan hingga 3 tahun. Saat anak dalam rentang usia tersebut, kebutuhan zat besi akan makin meningkat karena mulai terbentuknya saraf-saraf otak yang lebih banyak.
"Saraf otak membutuhkan zat besi sebagai pembentukan neuron atau sel saraf. Juga anak-anak usia 6 bulan sampai 3 tahun akan mengalami pertumbuhan cepat," katanya.
Baca Juga:Pakar: Penanganan Anemia Bagi Anak-anak dan Perempuan Masih Lambat
Namun, anak juga rentan kekurangan zat besi saat masa pertumbuhan tersebut. Menurut dr. Nurul, salah satu penyebabnya karena kurang konsumsi produk hewani, terutama yang mengandung zat besi, terhadap anak.
Ia menyampaikan bahwa produk hewani sepeti hati sapi, hati ayam, daging merah, juga udang dan tiram merupakan sumber zat besi yaang jumlahnya lebih banyak daripada yang didapatkan dari tumbuhan.
"Tapi masih agak sulit karena rasanya mungkin kurang enak, lalu serat pada hewani juga kurang enak dikunyah," ujarnya.
Nurul menyampaikan dari Data riset Kementerian Kesehatan pada 2018, kebanyakan anemia terjadi pada anak-anak usia 1-2 tahun. Jumlah ibu hamil anemia juga meningkat sejak 2013 hingga 2018.
Data Riskesdas 2013 menunjukkan jumlah ibu hamil yang mengalami anemia sebanyak 37,1 persen. Pada 2018 jumlahnya meningkat menjadi 48,9 persen. Kebanyakan anemia terjadi pada ibu hamil yang berusia 15-24 tahun.
Baca Juga:Kuku Bisa Deteksi Radang Sendi hingga Anemia, Begini 5 Cirinya!
"Lebih dari 50 persen berusia muda. Kemungkinan itu karena belum siap hamil atau pun karena edukasinya kurang," kata dokter Nurul.