Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Selasa, 18 Oktober 2022 | 08:05 WIB
Ilustrasi prostitusi. Prostitusi terselubung di perdesaan Lampung Timur. [Istimewa]

Bahkan kata Asim, warga setempat, warga  pernah mengumpulkan tanda tangan berisi penolakan keberadaan prostitusi di wilayahnya.

" Sekitar akhir 2020 kami kumpulkan tanda tangan warga. Waktu itu terkumpul 700 tanda tangan penolakan kegiatan lokalisasi terselebung itu. Pernyataan itu kami berikan ke pamong desa hingga kami bawa ke Polda," kata Asim dan seorang tokoh agama inisial B, saat ditemui di rumahnya, Minggu (17/10/2022).

Upaya masyarakat melakukan penolakan adanya lokalisasi terselebung di Desa Srigading tersebut ternyata tidak ada hasil.

Bahkan pamong desa dan aparat kepolisian tutup mata dan tidak melakukan penekanan untuk tutup secara permanen.

Baca Juga: Razia Prostitusi, Dinsos Makassar Amankan 33 Orang: Rata-Rata Remaja dan Mahasiswa

"Setelah kami melakukan penolakan sempat tutup tapi hanya sebentar sekarang sudah buka lagi," ucap Asim.

Asim dan sejumlah warga sekitar sangat resah dengan adanya lokasinya yang di rumah warga, keresahan bukan soal usil rezeki yang didapat pemilik rumah.

Namun warga khawatir jika anak anak remaja desa setempat mentalnya terdoktrin dengan kegiatan minum minuman keras (miras) dan seks bebas.

"Dalam jangka panjang remaja di desa kami bisa terjerumus dalam dunia seperti itu. Kami minta aparat penegak hukum atau pamong desa setempat tegas melakukan penutupan secara permanen," kata Asim.

Er, mengakui dulu pernah didemo masyarakat agar tidak membuka usaha haram itu.

Baca Juga: Mahasiswa Terjaring Razia Prostitusi Dinas Sosial Kota Makassar di Penginapan

Namun E bersikukuh tetap mempertahankan usahanya. Ia mau menutup usahanya asal semua pedagang miras dan usaha yang sama seperti dirinya yang ada di Desa Srigading ditutup semua.

Load More